Mohon tunggu...
Ma Sang Ji
Ma Sang Ji Mohon Tunggu... lainnya -

dikenal sebagai Siluman Feminin ~ pengarah umum klub A Sia Na » http://asianaclub.wordpress.com ~ redaktur majalah Sanggar Jiwa » http://masangji.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Siluman Cantik Mencari Tuan*

11 Juni 2011   01:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rayuan-rayuan bertebaran. Syair-syair indah melambung tinggi ke pintu surga; godaan-godaan vulgar meluncur dari jurang neraka.

“Aku adalah siluman. Kutegaskan sekali lagi. Aku adalah siluman. Aku sedang mencari tuan siluman.”

“Kami tidak peduli engkau si luman atau si lamun. Tidak ada diskriminasi di sini. Malaikat, manusia, iblis, virus, arca, robot, ... semuanya ada di sini. Kolaborasi kita setara. Tiada hamba, tiada tuan. Ini sudah keputusan tuan Admin. Bila tak suka, silakan angkat kaki dari sini.”

KLIK. Aneh! Katanya tiada tuan, tapi mempertuankan Admin. Niatnya mau kolaborasi, tapi aku didorong pergi. Ada apa ini?

Rayuan, ajakan, kini juga disertai bujukan dan ancaman. Bagiku, sebagai siluman, itu semua tong kosong belaka. Tapi bagi manusia....

Setengah dari mereka, terbujuk sudah. Dengan nada tercekam, mereka saling berbisik,

Silakan injak wajahku, Sobat. Aku masih punya pantat.

Mereka meringkuk. Di pojok sana.

Setengah lainnya, yang berlagak tuan, sama-sama tak mau mengalah. Mulai saling berbantah.

Si cantik ini milikku. Aku yang membawanya ke sini.
Bukan! Akulah yang lebih dulu mendaftarkan diri. Akulah yang wajib mencumbunya pertama kali.

Lalu mereka menghunus retorika, menusuk jantung-jantung yang menganga. Hiruk-pikuk bagai anjing jantan berebut betina.

Ah, aku bukan anjing. Tiada layak menjadi pasangan. Aku adalah Siluman. Di sini aku mencari tuan. Tuan sejati, bukan tuan jadi-jadian.

Telah ribuan huruf aku ketikkan. Masih saja mereka salah paham. Dengan teknologi apa lagi, aku mesti berkomunikasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun