Saat mereka berlari menuju pintu keluar, lorong klinik tampak lebih panjang dari biasanya. Lampu terus berkedip, dan sosok-sosok misterius berkelebat di ujung pandang mereka. Mereka sampai di ruang tunggu, di mana wanita berambut panjang itu kembali duduk, kali ini tersenyum lebar, matanya kosong. Di belakangnya, bayangan lain tampak mengelilinginya, seperti roh-roh yang terperangkap di tempat ini.
Sari berteriak, "Kita nggak bisa lari dari sini! Pintu-pintunya tertutup!"
Namun, Rina menarik Sari dengan keras, "Kita harus keluar, Sari! Apapun yang terjadi, kita nggak boleh terjebak di sini!"
Tiba-tiba lampu klinik padam total, dan suasana menjadi sunyi. Hanya ada suara napas mereka yang terengah-engah. Dalam kegelapan, tangan dingin menyentuh bahu Rina. Dengan penuh rasa takut, ia berbalik, dan di depannya berdiri wanita itu---berdiri sangat dekat, wajahnya begitu dekat hingga Rina bisa merasakan napas dinginnya. Wanita itu tersenyum lagi, lebih menyeramkan dari sebelumnya, dan berbisik, "Aku sudah menunggumu... lama sekali..."
Rina menjerit. Namun, seketika semua itu lenyap. Lampu menyala kembali, ruangan kembali normal, tak ada sosok apapun di sana. Klinik tampak kosong, dan udara malam terasa begitu sunyi.
Keesokan harinya, Rina dan Sari segera meninggalkan klinik. Mereka tahu bahwa apapun yang menghantui tempat itu, tidak akan pernah membiarkan mereka merasa aman. Klinik Kencana mungkin terlihat damai di siang hari, tapi saat malam tiba, kegelapan masa lalunya akan kembali bangkit, dan mereka tahu, sesuatu yang lebih mengerikan selalu menunggu di sana.
Oleh. Arini Dian Novitasari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H