Di antara konflik dan tantangan, Xavia dan Ares menemukan kekuatan dalam cinta mereka yang mendalam. Mereka belajar bahwa meskipun dari dunia yang berbeda, cinta sejati akan selalu menemukan cara untuk bersinar terang.
Suatu malam yang dingin di sudut Jakarta, Xavia dan Ares duduk bersama di atap sebuah bangunan tinggi yang menawarkan pemandangan gemerlap kota di bawah mereka.
Xavia menatap ke langit yang dipenuhi bintang-bintang, sementara Ares duduk di sampingnya dengan tatapan penuh kehangatan.
"Ares, bagaimana perasaanmu tentang dunia modern ini?" tanya Xavia dengan penuh perhatian.
Ares memandanginya sejenak sebelum menjawab, "Ini sangat berbeda dengan dunia yang kukenal. Teknologi, pola pikir, semuanya begitu maju dan kompleks. Tapi ada keindahan dalam kehidupan manusia modern yang aku mulai menghargai, terutama kebersamaan seperti ini."
Xavia tersenyum. "Aku senang kamu mulai merasa nyaman di sini. Tapi aku juga ingin kamu tahu bahwa aku sangat bersyukur bisa mengenalmu, Ares. Kamu membawa keajaiban ke dalam hidupku."
Ares mengangguk perlahan. "Kamu juga membawa keajaiban ke dalam hidupku, Xavia. Sejak kita bertemu, hidupku menjadi lebih berarti. Aku merasakan hal-hal yang dulunya tidak pernah aku bayangkan."
Keduanya terdiam sejenak, menikmati kehadiran satu sama lain di tengah malam yang tenang itu. Namun, ketenangan mereka terganggu oleh kehadiran seseorang yang tiba-tiba muncul di atas atap bangunan itu.
Seorang pria bertubuh tinggi dengan senyum yang licik berdiri di hadapan mereka. "Apa yang kalian lakukan di sini?" ujarnya dengan suara berat.
Xavia langsung merasa tidak nyaman. "Kami hanya ingin menikmati pemandangan," jawabnya dengan hati-hati.
Pria itu menggelengkan kepala. "Kalian berdua adalah ancaman bagi kami. Kami tidak bisa membiarkan keberadaanmu terus berlanjut."