Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saipul Jamil dalam Himpitan Pedofilia, Glorifikasi, dan Cancel Culture

8 September 2021   12:11 Diperbarui: 8 September 2021   12:13 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip pendapat Dicky Pelupessy, Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan, bahwa seorang pedofil bisa melakukan perbuatannya secara berulang-ulang.

"Para pelaku pedofilia, mereka harus diwaspadai, karena dia punya kemungkinan melakukan tindakan yang sama. Itu bisa dilihat dari catatan-catatan empirik bahwa banyak pedofilia bisa mengulangi tindakannya," kata Dicky Pelupessy, mengutip antaranews.com, Rabu (8/9/2021).

Termasuk ketika pelaku sudah mendapatkan sanksi hukum, misalnya seperti Ipul ini, perilaku pedofil ini bisa dilakukan lagi di kemudian hari. 

Jika begitu adanya, apakah kemudian Ipul yang kembali mendapat panggung untuk menghibur di televisi atau media lain, dapat memberi dampak buruk bagi pemirsa khususnya anak-anak? 

"Saya khawatir, para penonton TV menjadi memaklumi penyebab Saipul Jamil masuk penjara. Pelaku bisa merasa tidak bersalah atas perbuatannya. Berikutnya bisa menganggap kekerasan seksual sebagai sesuatu yang normal. Ini sangat berbahaya," kata komisioner KPAI, Retno Listyarti, mengutip tempo.co.

Dari dua statemen di atas jelas, munculnya Cancel Culture bisa dimengerti. Bahwa karena pelaku pedofil itu bisa mengulangi perbuatannya dan memberi dampak buruk bagi pemirsa televisi.

Bagaimana jika dari kedua pernyataan tadi memunculkan pertanyaan lagi bahwa tindakan Cancel Culture tak memberi ruang bagi Ipul untuk berkarya, dimana dari televisi itulah dia mendapatkan nafkah hidupnya.

Untuk mendapatkan jawaban itu, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) menegaskan bahwa tindakan Cancel Culture terhadap Saipul Jamil tidak menghalangi Saipul Jamil dalam  mencari nafkah.

"Kami di sini bukannya menghalangi Saipul Jamil mencari nafkah, monggo orang butuh hidup, tapi janganlah di televisi atau di media sosial yang bisa ditonton oleh ratusan juta orang Indonesia," ujar Dewan Pengawas Komnas Anak Roostin Ilyas, mengutip kompas.com.

Lantas, jika Saipul Jamil tidak diperbolehkan untuk tampil lagi di media karena pengaruh buruk tadi, apakah dengan bekerja atau mencari nafkah di luar media Saipul Jamil bisa dikatakan tidak memberi dampak buruk bagi orang di sekitarnya? 

Saya menganggap bisa saja Ipul membawa dampak buruk sekalipun dia tak lagi menjadi publik figur. Hanya saja setelah itu tak akan muncul polemik karena Ipul sudah jadi orang biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun