Saat itu juga gue takut bukan main. Gue coba menjauh dari bayangan hitam itu. Langkah kaki gue semakin berat karena jalan mulai menanjak.
Tiba-tiba kaki gue tersandung. Gue tersungkur. Pas gue mau bangkit, benda yang membuat gue terjatuh, gue perhatiin seperti tubuh manusia.
Gue pertegas ternyata itu badan Toro.
"Astaghfirullah. Toro, elo...." gue langsung mau pingsan mengetahui badan Toro sudah terkoyak-koyak bersimbah darah.
Nggak berpikir panjang lagi, gue langsung menghambur meninggalkan jasad Toro.
Pelarian gue akhirnya berhenti setelah jalan setapak yang sejak tadi gue telusuri terhalang oleh semacam bukit.
Gue nggak bisa kemana-mana lagi, kecuali balik arah ke jalan semula.
Saat itu juga gue hilang akal mau kemana lagi. Dari tempat gue berdiri, bayangan hitam bukan cuma satu saja, tetapi ada tiga menuju ke arah gue.
Yang di depan gue yakinin kalau bayangan hitam itu adalah Nyik Koem. Sedangkan yang dua di belakangnya gue nggak tahu siapa.
Dengan ketakutan yang sudah sudah sulit terbendung. Gue akhirnya memberanikan diri menantang sosok bayangan hitam yang sebentar lagi mendekat itu.
"Siapapun itu. Menjauh dari gue!! gue nggak ganggu kalian!! Jangan ganggu gue!!" gue berkata dengan sangat bergetar.