Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ketika Isyana Sarasvati Kembali ke Khittah

24 Maret 2021   17:28 Diperbarui: 24 Maret 2021   17:40 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Instagram @isyanasarasvati

Nama penyanyi Isyana Sarasvati baru benar-benar terkenal setelah dia melantunkan singel "Tetap Dalam Jiwa" 2015 lalu.

Secara komposisi, single kedua Isyana "Tetap Dalam Jiwa" yang bergenre pop itu ditulis di kunci C# minor, mempunyai birama 4/4, dan tempo 120 BPM.

"Jarak suara Isyana terbentang dari not G#5 sampai F7. Lagu ini menggunakan progresi akor yang digunakan berulang-ulang sepanjang lagu, yaitu F#-C#-Fm-A#m." Tulis laman wikipedia.

Dari lagu yang membuat Isyana mulai dikenal publik itu, sedikit pun tak nampak ciri khas Isyana sebagai pemilik suara Sopran yang sesungguhnya. Dia kala itu muncul dalam balutan musik Pop murni, sehingga langsung diterima dan disambut baik oleh masyarakat.

Andai kala itu Isyana membawakan "Tetap Dalam Jiwa" dengan genre klasik atau dalam bentuk opera, mungkin nama perempuan yang khittahnya adalah penyanyi opera itu, tetap terpendam bahkan mungkin tak akan muncul ke permukaan seperti sekarang ini.

Pasalnya apa? Ya, karena masyarakat kita ini memang masih belum familiar betul dengan musik klasik atau opera. Apalagi untuk menyasar kalangan milenial, rasanya susah betul menyuguhkan musik klasik atau opera tersebut ke hadapan generasi Mobile Legend saat ini.

Ini juga ditambah dengan sikap yang ada pada pengusaha-pengusaha industri rekaman dimana mereka juga masih belum mau untuk "menjual" musik klasik atau opera, begitu saja.

Isyana sendiri diketahui adalah penyanyi yang mengusung musik klasik. Sebagai solois dan resitalis, jejak pengalaman Isyana dalam panggung opera terbilang tak sedikit.

Dalam catatan yang ada, wanita asal Kota Kembang, Bandung ini, sedikitnya sudah terlibat dalam beberapa pementasan musik opera sejak 2011 lalu.

Itu diawali ketika dia tampil dalam NAFA Opera Scene Commedia Lirica, sebagai Nanneta di Singapura pada 2011.

Terakhir pada 2014, Isyana terlibat dalam Opera bertajuk "La Princesse Jaune", sebagai Lena, masih di Singapura pada 2014, atau sebelum dia sukses dengan singlenya "Tetap Dalam Jiwa".

Selain menjadi solois dan resitalis di musik klasik atau opera, Isyana juga sudah menjadi komposer sejak usia 15 tahun. Di usia belia itu Isyana tercatat menjadi komposer terbaik lewat komposisi lagunya yang bertajuk "Wings of Your Shadow".

Lagu ciptaan Isyana tersebut terpilih sebagai komposisi terbaik dan masuk ke dalam Top 12 electonis dari 3.500 peserta anak-anak di dunia pada International Junior Original Concert. Sebagai hasilnya, ia terpilih untuk konser pada IJOC 2008 di Bunkamura Hall, Tokyo, Jepang.

Dari sepenggal pengalaman Isyana di musik klasik atau opera yang sengaja saya peras, saya sesungguhnya melihat bahwa disitulah akar bernyanyi dan bermusik Isyana ini.

Kemudian dia menjajal musik Pop belakangan ini, saya juga melihatnya sebagai bentuk dirinya yang mungkin enggan juga disebut terlalu idealis. Karena, seperti juga Iwan Fals yang idealis, tetap saja sang Omar Bakrie itu butuh juga "uang kopi" makanya Iwan belakangan mengurangi lagu-lagunya yang bertema kritis kepada penguasa.

Kembali ke Isyana. Saya melihat dia juga tak mau terlalu idealis mengusung klasik atau opera. Makanya ketika single "Tetap Dalam Jiwa" sukses besar, kesininya Isyana mulai tak menyanyikan lagu-lagu klasik yang sesungguhnya di situlah spesialisasinya.

Namun baru-baru ini, Isyana nampaknya nggak tahan juga untuk membawakan lagu klasik atau opera yang sudah cukup lama disimpannya.

Namun disitu dia mungkin berpikir untuk tidak murni membawakan lagu klasik tersebut. Karena seperti saya sebut di atas tadi, musik klasik itu belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.

Entah apa kemudian yang terlintas dalam benak Isyana. Tiba-tiba Isyana menggandeng grup death metal Indonesia yakni Deadsquad. Saya cukup surprise membaca berita ini. Karena dalam pemahaman saya, baru Isyana satu-satunya penyanyi wanita yang berkolaborasi dengan grup band yang beraliran death metal tersebut.

Saya tidak menyoal bahwa Isyana-lah penyanyi perempuan yang pertama kali berkolaborasi dengan grup death metal Deadsquad, tetapi unsur klasik atau opera yang dibawakan Isyana bersama Band asal Jakarta itulah yang mengantarkan saya untuk menulis tentang ini.

Membawakan single terakhirnya Il Sogno yang memang bergenre klasik, Isyana dan Deadsquad kemudian menyebarkan informasi ini melalui akun media sosial masing-masing dengan harapan publik jadi tahu.

Lagu kolaborasi klasik dan death metal teknikal itu yang saat ini sedang dalam proses penggarapan, sudah pasti ditunggu-tunggu oleh publik kehadirannya.

Isyana sedikit memberi bocoran mengenai kolaborasinya dengan Deadsquad lewat postingan video di media sosialnya.

Dalam video singkat itu, dibuka dengan Isyana yang nampak sedang memainkan keybor. Tak lama suara Soprannya menggema  menyanyikan single Il Sogno. Selang beberapa saat, Deadsquad menyambut suara Isyana dengan musik ingar bingarnya hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis antara klasik opera dengan death metal.

Bagi orang awam, padu-padan klasik dan death metal Deadsquad memang terasa asing. Musikalitas Deadsquad yang banyak dipengaruhi oleh Necrophagist, Visceral Bleeding, Spawn of Possession, The Black Dahlia Murder, Malevolent Creation, Cannibal Corpse, Disavowed, Decrepit Birth, hingga Nile, jelas sekali terasa asing bila bercampur Soprannya suara Isyana.

Kolaborasi Isyana dengan Deadsquad yang kini digawangi antara lain oleh, Stevie Item (Gitar), Daniel Mardhany (Vokal), Anak Agung Gde (Bass), Karis (Gitar) dan Alvin (Drum), bagi saya pribadi jadi mengingatkan lagi ketika penyanyi klasik Italia yakni mendiang Luciano Pavarotti berkolaborasi dengan grup band metal Sepultura maupun Metallica.

Bersama Sepultura, pria bersuara Tenor itu berkolaborasi menyanyikan hits Sepultura Roots Bloody Root dan bersama Metallica menyanyikan Nothing Elsa Matter beberapa tahun silam.

Selain bersama kedua band Rock dan Metal itu, Pavarotti juga pernah berkolaborasi dengan band  lain seperti Queen, Deep Purple dan masih ada lainnya.

Jadi, jika Isyana Sarasvati dan Deadsquad baru berkolaborasi membawakan lagu Il Sogno yang menggabungkan suara Sopran dengan musik ingar bingarnya Stevie Item Cs, boleh jadi Pavarotti yang melantunkan Nessun Dorma di Olimpiade Musim Dingin 2006 itu adalah sumber inspirasi bagi Isyana. Mungkin saja begitu.

Ciledug, 24 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun