Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menunda Kepuasan

6 Oktober 2020   09:10 Diperbarui: 6 Oktober 2020   09:24 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baru-baru ini seorang analis keuangan yang berusia tiga puluh tahun mengeluh kepada psikiater karena selama beberapa bulan dia cenderung menunda-nunda pekerjaannya. Tim Psikiater telah menyelidiki perasaannya terhadap majikannya dan bagaimana hal itu berkaitan dengan perasaannya tentang kewenangan pada umumnya, terutama terhadap orang tuanya. 

Psikiater telah memeriksa sikapnya terhadap pekerjaan dan keberhasilan, dan bagaimana hal ini berkaitan dengan perkawinannya, identitas seksualnya, hasratnya untuk bersaing dengan suaminya, dan ketakutannya terhadap kompetisi semacam itu. Meskipun dia memenuhi standar dan pekerjaan psikoanalisis yang melelahkan ini, dia terus menunda pekerjaannya seperti biasa. 

Akhirnya, pada suatu hari, Psikiater memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut. 

"Apakah kamu menyukai kue tar?" Tanya Psikiater kepadanya. 

Wanita ini menjawab bahwa dia menyukainya. 

"Bagian mana dari kue itu yang paling kamu sukai?," tanya Psikiater lebih lanjut, "kuenya atau krimnya?" 

"Oh, tentu saja krimnya!" Jawabnya dengan penuh semangat.

"Bagaimana kamu memakan kue itu?" Psikiater bertanya setengah mendesak, sambil merasakan bahwa mungkin dia adalah psikiater paling bodoh di dunia ini. 

"Saya akan menghabisi krimnya lebih dahulu," jawabnya. 

Setelah menanyakan bagaimana dia memakan kuehnya, Psikiater beralih ke masalah lain untuk memeriksa kebiasaan kerjanya, dan sebagaimana diharapkan, Psikiater menemukan bahwa pada hari tertentu dia memanfaatkan jam kerja pertamanya untuk mengerjakan segala sesuatu yang lebih memuaskan dirinya, dan enam jam berikutnya dipakainya untuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak disukainya. 

Psikiater memberi tahu dia bahwa bila dia memaksa dirinya untuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak disenanginya pada jam pertama, dia bisa bebas menikmati enam jam berikutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun