Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesetiakawanan Sosial dan Cerminan Manusia Indonesia

31 Desember 2020   22:00 Diperbarui: 31 Desember 2020   22:03 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kesetiakawanan Sosial". Sumber: Kegiatan kerelawanan Gempa Lombok 2018/Dokpri

Indonesia dikenal dengan nilai-nilai toleransi, kesetiakawanan sosial, dan kedermawanan. Menjadi manusia-nya seperti berdiri di hadapan cermin.

Dalam pemberitaan KOMPAS (6/11/2018), Indonesia bahkan dinobatkan sebagai negara paling dermawan oleh Charities Aid Foundation. Lembaga yang berpusat di Kota London itu menegaskan bahwa Indonesia mengalahkan 144 negara lainnya di dunia dalam hal kedermawanan.

Dari tiga kategori yang ada, seperti pemberian sumbangan serta donasi uang, poin yang terakhir memiliki proporsi penilaian sangat tinggi, yakni kegemaran manusia Indonesia berpartisipasi dalam program kerelawanan.

Saya kemudian berkaca diri, lalu mengevaluasi setiap aktivitas kerelawanan yang saya ikuti. Mulai dari gempa dan tsunami Aceh pada tahun 2005, relawan Asian Games pada 2018 hingga lanjut sebagai relawan Gempa Lombok di tahun yang sama. Dan terakhir, berkecimpung di dunia zakat nasional.

Jika mengukur di depan cermin, peran saya di dunia kemanusiaan seperti butiran-butiran debu. Karena toleransi, kesetiakawanan sosial, dan kedermawanan bukanlah kerja pribadi, tetapi kerja yang dibangun bersama-sama.

Ada begitu banyak manusia Indonesia yang bahkan sangat besar perannya di dalam menjaga rasa kesetiakawanan nasional ini. Di antara mereka bahkan membangun sistem yang efektif membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.

Melalui sistem yang mereka bangun, hadir agen-agen kesetiakawanan nasional lainnya. Hidup dalam dunia berjejaring, mereka berpikir, bergerak, dan berkoordinasi dalam satu langkah dalam fitrahnya selaku mahluk sosial.

Peran Mahluk Sosial

"Manusia adalah mahluk sosial" mengartikan bahwa kita tidak dapat hidup sendiri. Keuntungan yang kita peroleh merupakan manfaat yang dititipkan oleh orang lain kepada kita. Pencapaian yang kita dapat pun tak lepas dari peran orang lain.

Bersama konsep tersebut sepatutnya kita membuka diri terhadap realita yang terjadi dan menjadikannya buku petunjuk sebagai manusia Indonesia yang terkenal dermawan.

Pencapaian dan keuntungan yang kita peroleh harusnya diiringi dengan prilaku berbagi, memberi, dan menyantuni. Rasa kesetiakawanan yang semenjak dahulu ditanamkan pendahulu-pendahulu kita itu harus menjadi autopilot di dalam gerak tubuh sehingga membawa dampak kebaikan secara otomatis.

Semangat berbagi seperti halnya aktivitas bercermin, diri kita di sisi yang satu dan realita sosial di sisi yang lain, dimana pantulannya kembali kepada kita pribadi. Mematutkan diri lebih teliti terhadap realita sosial yang ada akan membawa kita kepada detail-detail lengkap alasan menjunjung kesetiakawanan sosial. 

"Semangat berbagi seperti halnya bercermin yang pantulannya kembali kepada diri sendiri". Sumber: Inisiatif Zakat Indonesia
Sepanjang yang saya ingat ketika mengikuti program kerelawanan, baik itu di Aceh, Jakarta, maupun Lombok, adalah senyuman tulus dari setiap orang yang kita bantu. Senyuman dan penerimaan mereka adalah harga paling besar. Seperti hidup saya hanya untuk mendapatkan hal tersebut.

Kesetiakawanan Tanpa Sekat

Bagian penting dari gerakan kesetiakawanan sosial adalah tak selalu terlihat oleh pandangan mata. Ibarat sebuah pohon, akarnya menghujam ke tanah dan memberi energi kepada dahan, ranting, dan dedaunannya untuk menumbuhkan bebuahan.

Akar yang kuat itu sudah tertanam lama pada manusia-manusia Indonesia. Mereka datang ke sentra-sentra bencana dan kantong-kantong kemiskinan tanpa mengharapkan publikasi. Dengan berbagai latar keilmuan serta pengalaman mereka hadir memberi pelayanan secara sistematis dan terencana.

Buahnya selalu menjadi fokus utama dan dapat dirasakan. Namun, prosesnya seakan berjalan tanpa bekas.

Dibalik kesederhanaan dan ajaran luhur pendahulu bangsa tentang kesetiakawanan sosial, jusru tantangan berat datang dari populernya istilah post-truth dalam hampir satu dekade ini.

Isu-isu tak sedap menerpa kepada beberapa lembaga kemanusiaan. Mereka dituding menyalurkan dana yang dikelolanya untuk hal yang berkaitan dengan aktivitas mengganggu keamanan nasional. Isu ini juga menerpa beberapa perusahaan dengan aktivitas social responsibility milik mereka.

Mengutip tulisan Nana Sudiana di dalam buku "Amil Zakat Easy Going" (2019, hal. 193), populernya post-truth selalu bersumber kepada selebritas media sosial yang melemparkan tudingan tanpa memeriksa akurasi data dan informasi. Maksud penyebarluasan informasi ini dikaitkan dengan kesamaan afiliasi politik netizen dengan selebritas tersebut.

Kehadiran informasi hoaks ini bukan saja merugikan lembaga kemanusiaan dan perusahaan terkait, tapi juga penerima manfaat yang mereka bina secara ekonomi. Jika informasi ini tidak dikelola secara bijak, dampak buruk dapat terjadi dengan tumbangnya gagasan mengenai eksistensi kesetiakawanan sosial yang telah mengakar bagi manusia Indonesia.

Gerakan Berbagi

Gerakan berbagi dalam bingkai kesetiakawanan sosial akan selalu hadir ketika hati --hati ini terpaut satu sama lain. Jika gerakan ini tidak membedakan afiliasi politik dan keuntungan materi pribadi, kualitas kesetiakawanan sosial akan terjaga dan kuantitas penerima manfaat akan semakin meluas.

Kembali lagi bahwa gagasan Berbagi, Memberi, dan Menyantuni lahir dari fitrah manusia yang saling membutuhkan satu sama lain. Sekat-sekat yang hadir pada tiap zamannya harus ditanggalkan. Minimal, dengan hati-hati memproduksi opini atau lontaran gagasan di tengah era keterbukaan informasi sekarang ini agar selamanya Indonesia dikenang sebagai negeri paling dermawan sedunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun