Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tadarusan "Baper"

22 Mei 2018   13:08 Diperbarui: 22 Mei 2018   13:13 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, tidak langsung ke materi tingkat lanjut. Saya musti memperbaiki bacaan dengan cara berkelompok terlebih dahulu.

Metode awal ini cukup ampuh untuk berkenalan dengan Kalam Ilahi sebelum beralih ke tingkat lanjut. Sayangnya, saya jadi suka membacanya sendiri di kamar. Saat itu lebih khusyuk aja; tak ada yg meralat sambil cekikikan. Lebih nyaman, meski ada kekurangannya:

Pada suatu malam, bacaan saya memasuki juz 27. Di juz tersebut terdapat surat Ar Rahman. Di awal-awal surat saya menemukan kalimat, "fabiayyi aalaa i-robbikumaa tukadjdjibaan."

Lalu selang beberapa ayat berikutnya, saya temukan lagi itu kalimat, dan terus begitu. Sampai-sampai saya ketawa sendiri saat membacanya. "Kok ada ya, surat kalimatnya berulang-ulang kayak gitu?" Dalam hati saya merasa heran bercampur lucu.

Keganjalan yang saya rasakan tidak saya bagi bersama teman-teman tadarusan. Lalu saya pun masuk sekolah kejuruan dan berkenalan dengan orang-orang baru. Di kala itu, saya ikut bergabung kegiatan ekstrakurikuler bernama Rohis (Rohani Islam).

Di Rohis juga ada program tadarusan, apalagi kalau memasuki Ramadhan. Wuih, ramai sekali! Hal ini dikarenakan pihak sekolah mendukung penuh muridnya menyibukkan diri di sekolah ketimbang bebas berkeliaran di luar melakukan aksi anarkis dengan murid sekolah lain. Alias, tawuran.

Di suatu momen yang saya lupa kapan tepatnya terjadi, lingkaran pengajian kami membaca surat Ar Rahman, juz 27. Begitu kalimat "fabiayyi aalaa i-robbikumaa tukadjdjibaan" dibaca oleh salah seorang dari mereka, ia menangis tersedu-sedu. Saya pun bingung?

Kondisi seperti menular: beberapa dari kami ada yang ikut menangis.. Saya dan kelompok "tidak menangis" merasa keheranan. Jelas ini kejadian serius hingga ada air mata yang tumpah. "Tapi apa?" Hati saya bertanya-tanya.

Selesai tadarusan, D berkata, "surat Ar Rahman selalu bikin ane nangis."

"Soalnya, artinya memang bikin kita jadi sedih." Pungkas Y.

T pun ikut-ikutan nimbrung, "pokoknya siap-siap aja dah, tisu kalau udah masuk ini surat," ungkapnya dengan sedikit dialek Betawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun