Saya yakin, setelah menonton film ini, orang di luar Sulawesi Selatan akan mahfum bahwa orang Bugis-Makassar bukanlah tipikal gampang marah.
Penutup
Di balik apiknya kisah cinta "Silariang: Cinta Yang (Tak) Direstui", ada detil Rammang-Rammang yang perlu saya tambahkan di sini.
Rammang-Rammang adalah lokasi wisata yang berjarak satu jam perjalanan dari kota Makassar. Pemandangannya eksotis berlatar gugusan pegunungan karst (kapur). Buminya berpermadani hijau, cokelat dan jingga. Dialiri lekukan sungai yang gemulai serta didapati empang-empang milik warga desa Salenrang.
Tahun 2015 kemarin saya berkesempatan mendatanginya, lebih tepatnya ke lokasi wisata gua Rammang-rammang.Â
Gua tersebut ada ratusan jumlahnya dan menjadi tempat tinggal manusia prasejarah Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan temuan lukisan dinding gua dalam bentuk telapak tangan manusia, binatang, dan tetumbuhan.
Sekeluarnya dari menyaksikan gua prasejarah, saya terpana dengan pohon besar yang tumbuh menjulang di atas batu karang. Saya juga baru menyadari bahwa tanahnya dipenuhi fosil-fosil kerang. Kenapa bisa ada kerang di sini?
Jawabannya saya dapati ketika pemandu kami bantu menjelaskan asal-usulnya.Â
Kawasan Rammang-rammang ini dipercaya oleh para ahli merupakan lautan dahulunya. Selama berjuta-juta tahun air laut itu surut sehingga meninggalkan bekas gugusan pegunungan karst. Oleh karena itu, lokasi ini masih tertutup bagi pengunjung demi penelitian lebih lanjut arkeolog dan peneliti di bidang geologi.
Film "Silariang: Cinta Yang (Tak) Direstui akan tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia, serentak pada tanggal 18 Januari 2018. Berikut cuplikan singkatnya,