Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dua Hari Mengeksplorasi Rute "Tanah Abang Explorer"

9 Januari 2018   14:32 Diperbarui: 10 Januari 2018   07:54 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deal.

Sebenarnya, ingin segera saya langsung menuju halte Blok B. Namun pemandangan di Blok G menarik perhatian saya. Seakan-akan ada kekuatan lain yang menarik kaki saya turun, dan saya tersadar sudah berdiri di atas trotoarnya.

Blok G, Pasar Tanah Abang yang tampak sepi
Blok G, Pasar Tanah Abang yang tampak sepi
Dari pengamatan saya di seberang, Blok G terlihat sangat sepi. Tidak ada calon pembeli yang berlalu-lalang sama sekali. Kalaupun ada palling hanya segelintir saja. Teman saya pernah mengatakan kalau toko di Blok G sangatlah sempit, sehingga ia harus meninggalkan lapaknya dan memfokuskan seluruh barang dagangannya dijual di lapaknya yang lain, di Blok A. Saya tidak bisa mungkir untuk harus menyetujuinya. Gedung Blok G tampak tidak memiliki harapan.

Spot terakhir yang saya kunjungi berada di bangunan serupa pusat perbelanjaan modern itu. Bus explorer yang saya tumpangi berhenti di haltenya. Cuaca makin lembab dan panas. Langkah kaki ini dipercepat agar segera sampai di Pos Damkar Brother Land.

Benar dugaan saya! Pos pemadam kebakaran itu dipenuhi pembeli. Saya juga malah ikutan membeli. Tapi kegiatan ini saya lakukan agar saya dapat lebih dalam lagi masuk untuk melihat kondisi di sana.

Sela ruang antara mobil blambir yang terparkir agak lebar dan memanjang. Di pertengahan sela ruang tersebut terdapat satu papan pembatas sehingga terdapat area pribadi dan area jualan.

Pos Damkar dipenuhi pedagang dan pembeli
Pos Damkar dipenuhi pedagang dan pembeli
Di area pribadi berkumpul beberapa orang pemuda yang memainkan aplikasi permainan Ludo. Mereka terkoneksi satu sama lain melalui handphone dan bermain bersama. Saking serunya, beberapa dari mereka berteriak dan berkomentar. Kemudian datang penjual nasi goreng yang meminta piringnya kembali. Penjual cendol tempat saya memesan satu gelas berteriak ke dalam dan di respon seorang pemuda bertopi dan berkaos. Entah dia seorang petugas Damkar atau tidak, yang pasti tidak satupun orang yang berseragam resmi di sana.

Tepat di depan  mobil tergelar barang dagangan. Sungguh aneh. Tidakkah pos tersebut seharusnya steril? Mulai pakaian dalam, pernak-pernik suvenir, makanan dan minuman, semua berserakan di sana. Tampak pos Damkar menjadi tempat ideal menjajakan dagangan. Spot-nya dilindungi atap yang dapat dijadikan tempat berteduh. Mungkin karena hal itulah para pedagang kaki lima berkerumun mencari uang.

Saya berharap, semoga tidak pernah terjadi bencana apapun di kawasan strategis ekonomi ini. Karena, saya tidak bisa membayangkan hal itu jika terjadi. Penuhnya barang dagangan dan orang-orang di sana tentu akan mempersulit kinerja para petugas pemadam kebakaran dalam bekerja menyelamatkan nyawa manusia. Dalam hal penanggulangan bencana, sepersekian detik berlalu sangatlah kritis. 

Selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun