3 Januari2018; Pukul 10.46 Wib
Saya sudah berdiri di halte busway Sarinah.Â
Sesuai janji kemarin, saya berangkat kembali ke Brother Land, sebutan lain Pasar Tanah Abang di kalangan generasi zaman now. Tanpa keponakan, tanpa kesulitan berarti, meski kakak perempuan saya memesan kembali celana banana untuk anaknya. Gak masalah.
Tidak berapa lama, bus Pasar Minggu-Tanah Abang sampai di pintu masuk 2 halte. Bukan rekor, sih. Karena bisa jadi, setelah ini, bus rute yang sama akan datang sejam atau dua jam kemudian.Â
Bus pengumpan tersebut mengantar penumpang hanya sampai pertigaan jalan Fachrudin. Saya pun menyebrangi JPO dan turun di halte Blok E Pasar Tanah Abang menanti kehadiran bus berlantai rendah pengeksplorasi Pasar Tanah Abang.
Bus Tanah Abang Explorer berhenti di halte Jati Baru dan mengangkut penumpang yang sudah agak penuh tersebut. Keriuhan ala emak-emak terjadi karena beberapa dari mereka mencari seatyang comfy versi mereka. Lalu ada seorang ibu mendekati tempat yang saya duduki dan meminta izin duduk di sebelahnya.
"Maaf dek, kalau mau ke Blok B naik bus ini, ya?" Tanya sang ibu tiba-tiba.
Saya pun mengiyakan.
"Bisa tidak dek, bus ini berhenti di sembarang tempat?"
"Kayaknya gak bisa, bu. Karena bus ini punya rutenya sendiri; mengelilingi kawasan Tanah Abang. Kalau ibu mau berhenti bisa di halte yang sudah disediakan. Seperti yang tertera di gambar itu." Saya menunjuk papan biru yang di pasang di dalam bus.
Loh, apa saya menjelaskannya dengan ketus ya? Saya pun mengklarifikasi, "Tidak apa-apa kok, bu. Tidak masalah."