Pepatah klasik berbunyi, "Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti suatu saat dia akan terjatuh juga." Artinya, sepandai-pandainya seorang anak di sekolah, pastilah sesekali mereka akan mendapatkan nilai yang tidak maksimal.Â
Umumnya, anak-anak yang terbiasa mendapatkan nilai maksimal di sekolah akan mengalami kekecewaan lebih mendalam dibandingkan anak lain yang terbiasa mendapatkan nilai pas-pasan.
Anak dengan nilai maksimal merasa bahwa mereka gagal memberikan sesuatu yang terbaik seperti harapan orangtuanya.Â
Perasaan itu alamiah terjadi pada semua anak. Mereka akan berusaha untuk membahagiakan orangtua, termasuk memenuhi segala harapannya.
Untuk itulah, orangtua harusnya meredam dulu emosi saat mereka melihat nilai anak tidak maksimal.Â
Janganlah orangtua melepaskan emosinya yang membabi-buta di hadapan anak dan seluruh orang saat mengambil hasil belajarnya. Luapan emosi ini akan membuat anak semakin tertekan dan berada di posisi tersudut.
Anak akan semakin kesulitan untuk belajar karena mereka merasakan serba salah. Di satu sisi memang mereka mengalami kesulitan belajar di sekolah. Sementara di sisi lain, orangtuanya selalu emosi menuntut nilai maksimal tanpa bersedia menemaninya belajar.Â
Penyebab nilai anak tidak maksimal inilah yang harus ditemukan orangtua sebelum mereka meluapkan emosinya kepada anak.
Orangtua cukup berkata pada anak bahwa masih ada kesempatan untuk memaksimalkan nilai. Selanjutnya, orangtua yang mengatur strategi belajar bagi anak serta komitmen menjalankannya.Â
Orangtua yang cenderung melepaskan anak belajar sendiri tanpa arahan pasti akan membuat akan kehilangan kompas saat menjalani kehidupannya.
2. Mengevaluasi Cara Belajar Sang Anak