Kehidupan mengalami kekacauan disebabkan dua perasaan, yaitu ketakutan dan kemalasan. Keduanya lantas mengakar lalu berbuah sifat lainnya yang mendorong manusia melakukan segala macam bentuk kejahatan di dalam kehidupannya.
Ketakutan merupakan sifat dasar manusia yang tidak ingin kehilangan apapun di dalam hidupnya.Â
Kehilangan ditakutkan manusia karena kehilangan membuat manusia harus memulai kegiatan yang sama dari awal, sehingga mereka malas memulainya lagi.Â
Misalkan seseorang sudah bekerja 10 tahun di satu perusahaan, lalu karena konspirasi politik membuatnya takut dipecat. Orang ini pun berusaha mencari kambing hitam dengan menjelekkan teman-temannya agar dia tampil hebat di depan atasannya.Â
Ketakutan akan kehilangan pekerjaan bukan karena orang itu tidak punya kemampuan, tetapi karena dia malas mencari pekerjaan dari awal.
Ketakutan yang berkolaborasi dengan kemalasan sungguh mengerikan karena setiap orang dapat berubah menjadi "hewan buas" dan sanggup melakukan apapun untuk menjaga miliknya agar tidak diambil orang lain. Segala cara akan dianggapnya benar selama dapat menghilangkan perasaan ketakutan dalam dirinya.Â
Tidak jarang mereka membunuh orang lain dan berusaha menenggelamkan dalam samudra agar orang yang ditakutinya hilang dari dunia. Bahkan, orang-orang yang ketakutan ini, rela memanfaatkan orang lain agar melakukan perbuatan keji untuk menghancurkan saingannya.
Skemanya seperti ini, ketakutan akan memicu munculnya keirihatian, orang akan fokus melihat kekurangan sesama agar pikirannya dapat tenang karena dia merasa saingannya lebih buruk dan lebih lemah.Â
Jika orang menemukan saingannya melakukan pekerjaan yang melebihinya, maka ketakutan akan kembali mengganggu jiwa sehingga membuatnya tidak tenang.Â
Keirihatian dari ketakutan yang tumbuh subur di dalam hati, lantas berbunga pada kebencian. Tahapan ketiga ini membuat orang lebih gelisah melihat saingannya berkembang.
Kebencian memicu munculnya keserakahan untuk menguasai semua milik saingannya. Dia tidak lagi mempedulikan tata krama dan kebenaran.Â
Baginya, para saingan itu membahayakan diri dan harus hilang selamanya dari dunia. Dia akan menghabisi milik dari saingannya hingga semua keturunan sang saingan merasakan penderitaan. Padahal belum tentu orang yang dianggap saingan akan menghancurkannya. Pikiran sendiri yang menciptakan imajinasi lalu menakut-takuti hati karena trauma dari pengalaman masa lalu tidak baik.
Ketakutan merupakan penyakit mental karena ketidakbahagiaan di masa kecil. Perasaan kehilangan mendalam pada seseorang atau benda yang sangat disayangi membuat jiwanya tersiksa dan menimbulkan trauma mendalam.Â
Saat mereka beranjak dewasa, mereka berusaha menemukan motivasi dari kehidupan orang lain serta ajaran hidup dari orang dewasa maupun pemuka agama.Â
Motivasi ini lantas digunakannya untuk menguatkan mental agar tidak terluka saat ketakutan masa lalu terulang kembali dalam kehidupan.Â
Sayangnya, ketakutan tetaplah ketakutan dan tidak pernah hilang sebelum seseorang dapat menerima dan memaafkan keadaan yang terjadi. Ketidaktahuan inilah yang mengakibatkan banyak orang masih terjebak pada ketakutan masa lalu.
Ketakutan memicu iri hati, lalu iri hari memicu kebencian, selanjutnya kebencian memicu dendam, dan dendam menimbulkan perpecahan.Â
Kondisi ini terjadi pada sebuah keluarga, semasa kecil, sang kakak yang juga putra satu-satunya dari empat bersaudara, begitu dominan dan menjadi anak kesayangan orangtuanya. Seiring waktu, keempat bersaudara ini tumbuh dewasa dan memiliki keluarga.Â
Sang kakak masih terbiasa dengan sifat dominannya menjadi takut kehilangan pengaruh dalam rumah sehingga dia berusaha melampiaskan ketakutannya pada sang adik perempuan, begitu pula dengan sang istri dari kakak sulung.Â
Ketakutan kehilangan harta warisan membuatnya iri hati saat sang adik ipar perempuan dibuatkan tempat usaha oleh ayahnya.Â
Keirihatian seketika menjadi kebencian yang membakar emosi hidupnya. Sang kakak sulung dan keluarga lantas memilih meninggalkan rumah orangtuanya agar tidak melihat sang adik perempuan.
Ketakutan di dalam diri kakak sulung dan istri berdampak buruk pada hubungan mereka dengan keluarga besar. Ketakutan mereka merusak keharmonisan dalam keluarga besar. Sangat disayangkan jika seseorang terus mengembangkan ketakutan dalam dirinya hingga berakumulasi menjadi kebencian dan dendam pada orang lain. Kehidupannya menjadi tidak bahagia karena selalu berada dalam bayang-bayang kejayaan orang lain.
Lantas, bagaimana melatih agar dapat mengendalikan ketakutan dalam diri sendiri? Berikut tips sederhananya:
1. Belajar Lebih Mandiri Dalam Hidup
Orang dapat merasakan ketakutan karena mereka merasa tidak mampu menjalani kegiatan dan menghadapi peristiwa tertentu, alasannya mereka sungguh tergantung pada keadaan sekarang.Â
Semakin besar ketergantungannya pada keadaan sekitar, maka semakin besar ketakutannya akan kehilangan. Jika seseorang dapat hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang lain selama hidup, maka mereka tidak akan merasa ketakutan karena kehidupan sepenuhnya dimiliki dari jerih payah sendiri.Â
Untuk mencapai kemandirian ini seseorang membutuhkan keberanian dalam hidupnya. Seseorang yang mandiri pasti mengorbankan sesuatu dalam hidup dan kondisi inilah yang tidak disukai banyak orang. Bahkan sebagian dari orang justru ketakutan jika dihadapkan pada pengorbanan untuk mandiri.
2. Berhenti Melihat Hidup Orang Lain
Setiap orang punya masalah masing-masing dalam kehidupan, tidak terkecuali orang kaya ataupun pemuka agama.Â
Setiap orang hidup untuk mempertahankan diri agar tidak kehilangan nyawa. Dari prinsip inilah, seharusnya setiap orang mampu untuk menikmati kehidupannya dan tidak perlu mencampuri urusan orang lain tanpa dimintai tolong.Â
Sebagian orang menggunakan alasan perhatian untuk bertanya keadaan orang lain sebenarnya mereka hanya ingin mengukur kemampuan sendiri.Â
Jika orang lain lebih malang darinya, maka dia bersuka cita dan menceritakan kemalangan orang pada teman dan seluruh dunia, tetapi jika orang lain lebih beruntung, maka dia takut tersaingi lantas membenci orang itu hingga berusaha membunuhnya agar tidak lagi lebih darinya.
3. Perhatian Pada Diri Sendiri
Ketakutan muncul saat orang tidak mengenal dirinya, mereka selalu memilih untuk berdiri di dalam bayangan orang lain. Perhatiannya tidak pernah lepas dari kehidupan orang lain. Suka duka dalam kehidupannya sangat terpengaruh oleh kondisi kehidupan orang lain. Alangkah menyedihkan jika seseorang berada dan menjalani kehidupan seperti itu.Â
Cara paling mudah keluar dari bayangan orang lain adalah mengenal diri sendiri. Pelajari kelemahan sendiri lalu perbaiki segera.Â
Perbaikan tidak dilakukan dengan membandingkannya dengan orang lain, karena kehidupan tidak dapat diukur atau dibatasi oleh kehidupan orang lainnya. Kehidupan sepenuhnya milik sendiri.Â
Kebahagiaan dan kemalangan sepenuhnya ditentukan diri sendiri. Untuk itu, mulai perhatikan dan sayangi diri sendiri tanpa mengukurnya menggunakan kehidupan orang lain.
4. Temukan Limit Sendiri
Sebagian orang memilih menjalani hidupnya untuk menolong kehidupan sesamanya. Semua kemalangan orang lain sengaja diambil lalu diolah dalam pikiran untuk dibantu penyelesaiannya. Di antara sekian banyak orang yang melakukannya, sebagian orang justru terpengaruh oleh keputusannya sendiri dan menjadi takut untuk melanjutkan hidup karena terngiang kejadian-kejadian orang lain yang sempat diselesaikannya. Orang-orang ini sama sekali tidak mengetahui limit atau batasan dari kemampuannya.Â
Dengan orang mengetahui limit dalam hidup, maka mereka akan mengerti waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu sehingga tidak merusak jiwa dan raga sendiri.
Jika seorang dapat menerapkan keempat tips di atas, maka secara perlahan ketakutan akan hilang dari pikirannya, lalu kehidupannya akan kembali pulih dan diri mampu untuk kembali berkarya menolong orang lain dan bermanfaat membantunya.Â
Saat ketakutan perlahan hilang, maka kemalasan juga perlahan menghilang. Kemalasan muncul karena beragam ketakutan yang menyelimuti diri.
Misalkan saat seseorang mengalami ketakutan untuk berjalan karena kakinya sakit saat dia berdiri. Karena takut kesakitan, orang tadi berdiam diri di tempat tidur atau di kursinya.Â
Jika penyakitnya tidak segera diobati, maka secara perlahan namun pasti, orang tadi akan malas bergerak dan beraktivitas. Namun, saat penyakitnya diobati dan dia kembali dapat berdiri tanpa mengalami kesakitan pada kakinya, maka dia akan otomatis bergerak untuk melakukan aktivitas.
Uraian demi uraian sudah menambah kejelasan munculnya kejahatan di dunia ini. Semua terbentuk hanya karena dua sifat dasar manusia yakni, ketakutan dan kemalasan.Â
Dengan begitu, jika ada seorang teman yang datang untuk mencurahkan isi hatinya, tolong dengarkan keluhannya untuk diberikan motivasi dengan cara tingkatkan keberaniannya sebagai obat mujarab mengobati kemalangan dalam hidupnya.
Percuma saja jika orang hanya bicara tanpa memberikan motivasi dengan tujuan meningkatkan keberanian seseorang. Tetap jaga raga dengan makanan sehat dan berolahraga serta berdoa dan mendengarkan kalimat-kalimat positif dari orang lain agar mental sendiri sembuh dari ketakutan dan kembali pulih untuk menolong orang lainnya. Berdamailah dengan ketakutan sendiri. FIN.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI