Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berdamai dengan Ketakutan dalam Diri Sendiri

12 Februari 2022   15:19 Diperbarui: 12 Februari 2022   21:00 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebencian memicu munculnya keserakahan untuk menguasai semua milik saingannya. Dia tidak lagi mempedulikan tata krama dan kebenaran. 

Baginya, para saingan itu membahayakan diri dan harus hilang selamanya dari dunia. Dia akan menghabisi milik dari saingannya hingga semua keturunan sang saingan merasakan penderitaan. Padahal belum tentu orang yang dianggap saingan akan menghancurkannya. Pikiran sendiri yang menciptakan imajinasi lalu menakut-takuti hati karena trauma dari pengalaman masa lalu tidak baik.

Ketakutan merupakan penyakit mental karena ketidakbahagiaan di masa kecil. Perasaan kehilangan mendalam pada seseorang atau benda yang sangat disayangi membuat jiwanya tersiksa dan menimbulkan trauma mendalam. 

Saat mereka beranjak dewasa, mereka berusaha menemukan motivasi dari kehidupan orang lain serta ajaran hidup dari orang dewasa maupun pemuka agama. 

Motivasi ini lantas digunakannya untuk menguatkan mental agar tidak terluka saat ketakutan masa lalu terulang kembali dalam kehidupan. 

Sayangnya, ketakutan tetaplah ketakutan dan tidak pernah hilang sebelum seseorang dapat menerima dan memaafkan keadaan yang terjadi. Ketidaktahuan inilah yang mengakibatkan banyak orang masih terjebak pada ketakutan masa lalu.

Ketakutan memicu iri hati, lalu iri hari memicu kebencian, selanjutnya kebencian memicu dendam, dan dendam menimbulkan perpecahan. 

Kondisi ini terjadi pada sebuah keluarga, semasa kecil, sang kakak yang juga putra satu-satunya dari empat bersaudara, begitu dominan dan menjadi anak kesayangan orangtuanya. Seiring waktu, keempat bersaudara ini tumbuh dewasa dan memiliki keluarga. 

Sang kakak masih terbiasa dengan sifat dominannya menjadi takut kehilangan pengaruh dalam rumah sehingga dia berusaha melampiaskan ketakutannya pada sang adik perempuan, begitu pula dengan sang istri dari kakak sulung. 

Ketakutan kehilangan harta warisan membuatnya iri hati saat sang adik ipar perempuan dibuatkan tempat usaha oleh ayahnya. 

Keirihatian seketika menjadi kebencian yang membakar emosi hidupnya. Sang kakak sulung dan keluarga lantas memilih meninggalkan rumah orangtuanya agar tidak melihat sang adik perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun