Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orangtua adalah Suparman Bukan Superman

9 Februari 2022   15:48 Diperbarui: 11 Februari 2022   16:47 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Superman. (sumber: pixabay.com/cristiandel76)

Selang beberapa menit, seorang pria muncul di balik pagar. Rambutnya sudah putih dengan kaca mata tebal melekat di wajahnya. Tubuh kurus ditutupi oleh kaos biru tua yang tampak kebesaran. Sepertinya, orangtua itu layak menjadi kakek sang remaja, tetapi rupanya dia benar-benar sang ayah kandung.

Kejadian di atas sering kali dialami dalam kehidupan saat ini. Anak sudah berubah menjadi maha kuasa melebihi seorang raja yang menguasai suatu wilayah. Perubahan mental dan perilaku anak itu salah satunya tercipta dari kebiasaan yang diterimanya sejak kecil. 

Terlebih saat sang anak berteriak atau menangis saat meminta sesuatu, pasti orangtua akan kepanikan mencari cara mendiamkan teriak itu. Cara termudah mendiamkan sang anak dengan menuruti permintaannya.

Sekali dia mendapatkan keinginannya dengan teriakan atau tangisan, maka selamanya dia akan mengulanginya dengan cara yang sama. Seiring waktu, sang anak menjadi malu jika harus berteriak atau menangis saat memaksa orangtua mewujudkan permintaannya, dia lalu mengubah caranya dengan mengancam akan berteriak atau menangis.

Saat ancaman pada orangtua itu kembali berhasil, maka mulai saat itu, orangtua tidak lagi dihormati sebagai orangtua melainkan dianggap hanya sebagai pembantu. Sang remaja mulai berani pada orangtua yang berusaha menolak keinginannya.

Belum lagi jika dia berkumpul dalam lingkungan yang negatif. Teman-temannya yang melihat sosok orangtua takut pada sang remaja, lalu memanfaatkan sang remaja untuk menguras harta orangtuanya. Teman-teman cukup berkata:"Inikah buat kamu juga. Kamu juga menikmatinya." Dan terwujudlah semua keinginan itu melalui sang remaja.

Orangtua sebenarnya tidak hanya memiliki kewajiban untuk mencukupi kebutuhan anak, tetapi orangtua juga memiliki kewajiban untuk mendidik sang anak agar mereka dapat hidup sesuai dengan kebenaran yang ada di dunia. 

Artinya, orangtua hendaknya memberi tahu sang anak saat mereka sudah bertindak salah dan menyimpang dari kebenaran. Contohnya, saat sang anak meminta sesuatu yang menyimpang dari kebenaran, seperti meminta berenang di kolam pada pukul 18.00 WIB sambil menangis dan merengek, sebaiknya orangtua tidak menurutinya.

Sebaiknya orangtua memberikan penjelasan pada anak yang masuk akal, jangan hanya berteriak dengan kalimat larangan. Pada kasus di atas, saat seorang anak ingin berenang di halaman rumah pada pukul 18.00 WIB.

Sebaiknya orangtua melarang keinginan sang anak dengan berkata:"Sayang, inikan sudah menjelang malam, anginnya juga mulai kencang. Kalau kamu berenang, nanti kamu masuk angin dan sakit flu. Kalau sakit bikin ayah dan ibu semakin sedih. Kamu juga tidak bisa main sama teman-teman."

Setelahnya, orangtua tidak perlu memberikan benda apapun sebagai pengganti dari keinginan anak untuk berenang. Biarkan saja kejadian tadi mengalir dengan sendirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun