Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dianggap Jadi Sumber Penyakit, Ternyata Al Qur'an Justru Memuliakan Lalat

27 Maret 2024   02:00 Diperbarui: 27 Maret 2024   03:05 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lalat (P K dari Pixabay)

Lalat adalah serangga kecil yang keberadaanya dibenci kebanyakan orang. Alasannya jelas, pasalnya hewan satu ini sangat gemar hinggap di kotoran atau sesuatu yang berbau busuk. Itulah yang mungkin jadi kesan pertama orang saat mengingat lalat.

Ketika lalat sudah menghinggapi makanan yang masih bagus dan segar sekalipun, kita tidak lagi akan selera atau mau menyantapnya lantaran telah terkontaminasi oleh beragam bakteri yang dapat menjadi sumber penyakit bagi manusia.

Begitupun para pedagang di warung nasi, mereka tampak sibuk untuk mengusir lalat dengan menyalakan lilin, menggantung plastik yang terisi air, dan meletakkan berbagai jenis dedaunan, irisan jeruk nipis, serta cengkeh di dekat etalase. 

Sama seperti manusia, lalat sangat menyukai bahan organik, membutuhkan protein, lemak, dan karbohidrat, sehingga nyaris segala jenis makanan yang disukai manusia, disukai juga oleh lalat.

Itulah mengapa lalat begitu antusias menyambangi warung-warung nasi, menempel pada sisa makanan di meja, dan punya tempat transit yang paling ramai dikunjungi, yaitu tempat sampah.

Pertanyaannya, mengapa ada lalat ada di dunia ini, lebih tepatnya mengapa Allah menciptakan lalat padahal ia merupakan sumber penyakit bagi manusia?

Lalat termasuk satu dari sekian hewan yang disebut di dalam Al-Qur'an, salah satunya pada surah Al- Hajj ayat 73.

"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah perumpamaan itu. Sesungguhnya, segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak mampu menciptakan seekor lalat pun walau mereka bersatu untuk membuatnya. Dan, jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali darinya. Amatlah lemah yang menyembah dan amat lemah pula yang disembah."

Jika diamati secara lebih saksama, pada ayat di atas sebenarnya menyiratkan bahwa tidak ada satu pun dari makhluk-Nya yang diciptakan secara sia-sia, salah satunya penciptaan seekor lalat.

Jika kita mau merenung lebih dalam lagi, segala hal yang ada dapat kita lihat di dunia ini mengandung hikmah. 

Nah, dalam kaitannya dengan penciptaan lalat, berikut adalah maksud tersirat dari adanya hewan tersebut yang dapat kita petik sebagai pelajaran penting:

1. Untuk menambah keimanan terhadap Kemahabesaran Sang Maha Pencipta.

Sudah jamak diketahui, sehebat dan secanggih apa pun teknologi yang diciptakan manusia sejauh ini, belum ada satu pun yang mampu menciptakan makhluk yang sama persis dengan ciptaan-Nya, sekalipun hanya seekor lalat.

Jadi, untuk menunjukkan kebesaran-Nya, Allah tak segan membuat perumpamaan dari seekor lalat, serta menantang seluruh manusia sejak zaman Nabi Adam hingga kini di era modern untuk membuat ciptaan yang sama persis dengan serangga satu ini.

2. Sebagai pendeteksi awal pada makanan

Dari sisi medis, keberadaan lalat dapat mendeteksi apakah di dalam suatu makanan mengandung bahan yang berbahaya, seperti boraks, formalin atau pewarna tekstil acap ditemukan pada makanan sebagai bahan pengawet dan pewarna.

Dikutip dari berbagai sumber, bahkan hasil penelitian penelitian tentang analisa mikrobiologi tentang sayap lalat datang dari Fakultas Sains, Universitas Qashim, Arab Saudi, yang dilakukan oleh Tim Departemen Mikrobiologi Medis, Sami Ibrahim, dkk, dengan menguji tiga spesies lalat A, B, dan C.

Laporan mencerahkan ini telah dipresentasikan pada acara "Student Research Seminar" di Universitas Qashim, Arab Saudi.

Pada percobaan tersebut, satu sisi sayap lalat yang pertama dicelupkan ke dalam makanan atau minuman. Kedua sayap lalat berikutnya dicelupkan secara sempurna, dan terakhir tidak dicelupkan sama sekali.

 

Hasilnya, bakteri yang tumbuh dan berkembang di dalam makanan atau minuman dari ketiga lalat tersebut mengalami perbedaan secara signifikan. 

Ada juga temuan riset dr. Joanna Clarke, seorang Dokter dari Autralia lulusanbUniversitas Maquarie, yang disponsori oleh perusahaan Farmasi Glaxo Smith-Kliner, bahwa permukaan luar tubuh lalat mengandung antibiotik yang dapat mengobati berbagai penyakit.

Jadi, meski lalat membawa bakteri atau virus yang menjadi sumber penyakit, tetapi hewan ini juga mampu melindungi dirinya.

Penelitian lainnya menemukan pula cara mengeluarkan antibiotik dari dalam tubuh lalat adalah dengan mencelupkan permukaan luar tubuh atau sayap lalat ke dalam air. Bahkan, beberapa pengembangan obat-obatan telah memanfaatankan ekstrak lalat.

Dua temuan penelitian ini secara tak langsung membuktikan hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al Bukhari yang menyatakan,

"Apabila ada lalat yang masuk ke dalam minuman kalian, maka tenggelamkan, kemudian angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena pada satu sayapnya mengandung penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat)."

3. Mengurangi kebiasaan membuang-buang makanan dan minuman.

Jika ada di antara kita selama ini membuang makanan atau minuman yang dimasuki lalat, maka setelah memahami bahwa di dalam tubuh lalat mengandung sumber penyakit, sedangkan pada permukaan tubuh dan sayapnya terdapat penawar, kini kita mendapatkan solusi untuk mencelupkan kedua sayap lalat sehingga makanan kembali steril dan dapat dinikmati kembali. 

4. Mengajarkan untuk menyerap ilmu yang bermanfaat dari sesuatu yang sederhana.

Dari seekor lalat, kita memperoleh hikmah bahwa menyerap ilmu yang bermanfaat tidak harus dari sesuatu yang luar biasa, karena justru dari hal yang sederhana ini kita secara langsung menemukan pelajaran berharga di baliknya.

5. Mengandung makna filosofis yang dalam.

Selama ini, mungkin nasihat bijak kerap disematkan pada setangkai bunga Mawar yang mekar di pinggir tebing, atau "Jadilah layaknya mawar berduri, meski indah, tetapi tidak mudah memetiknya."

Nasihat bijak ini juga dapat kita populerkan dengan sifat lalat, yang walau terkesan jinak, tetapi sangat sulit untuk ditangkap.

Itulah sedikit catatan mengenai beberapa hikmah atau pelajaran dari seekor lalat yang selama ini dinilai menjijikan karena membawa sumber penyakit. Semoga bermanfaat dan jaga selalu kesehatan!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun