Ada juga temuan riset dr. Joanna Clarke, seorang Dokter dari Autralia lulusanbUniversitas Maquarie, yang disponsori oleh perusahaan Farmasi Glaxo Smith-Kliner, bahwa permukaan luar tubuh lalat mengandung antibiotik yang dapat mengobati berbagai penyakit.
Jadi, meski lalat membawa bakteri atau virus yang menjadi sumber penyakit, tetapi hewan ini juga mampu melindungi dirinya.
Penelitian lainnya menemukan pula cara mengeluarkan antibiotik dari dalam tubuh lalat adalah dengan mencelupkan permukaan luar tubuh atau sayap lalat ke dalam air. Bahkan, beberapa pengembangan obat-obatan telah memanfaatankan ekstrak lalat.
Dua temuan penelitian ini secara tak langsung membuktikan hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al Bukhari yang menyatakan,
"Apabila ada lalat yang masuk ke dalam minuman kalian, maka tenggelamkan, kemudian angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena pada satu sayapnya mengandung penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat)."
3. Mengurangi kebiasaan membuang-buang makanan dan minuman.
Jika ada di antara kita selama ini membuang makanan atau minuman yang dimasuki lalat, maka setelah memahami bahwa di dalam tubuh lalat mengandung sumber penyakit, sedangkan pada permukaan tubuh dan sayapnya terdapat penawar, kini kita mendapatkan solusi untuk mencelupkan kedua sayap lalat sehingga makanan kembali steril dan dapat dinikmati kembali.Â
4. Mengajarkan untuk menyerap ilmu yang bermanfaat dari sesuatu yang sederhana.
Dari seekor lalat, kita memperoleh hikmah bahwa menyerap ilmu yang bermanfaat tidak harus dari sesuatu yang luar biasa, karena justru dari hal yang sederhana ini kita secara langsung menemukan pelajaran berharga di baliknya.
5. Mengandung makna filosofis yang dalam.
Selama ini, mungkin nasihat bijak kerap disematkan pada setangkai bunga Mawar yang mekar di pinggir tebing, atau "Jadilah layaknya mawar berduri, meski indah, tetapi tidak mudah memetiknya."