Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sukses di Panggung Sandiwara, Caleg Artis Pede di Dunia Politik?

6 Maret 2024   04:08 Diperbarui: 6 Maret 2024   04:19 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi strategi parpol dalam mengusung artis di pemilu. (sumber: Pexels)

Evaluasi bagi Semua

Pada Pemilu 2024, banyak partai politik yang mengusung artis atau selebritas sebagai calon anggota parlemen. Para selebritas ini datang dari berbagai kalangan seperti pemain sinetron, presenter televisi, musisi, chef, atlet, model, atlet, pelawak, pendakwah, maupun selebgram.

Databoks pada Mei 2023, mencatat beberapa bakal calon legislatif artis atau selebritas berdasarkan partai politik. Partai Amanat Nasional (PAN) dengan jumlah terbanyak bakal calon legislatif yang berasal dari kalangan sebanyak 17 orang.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berjumlah 14 orang, Perindo berjumlah 11 orang, Partai Gerindra berjumlah 10 orang, Partai Nasdem berjumlah 8 orang, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berjumlah 5 orang, Partai Demokrat berjumlah 4 orang.

Partai Golkar berjumlah 3 orang, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berjumlah 3 orang, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berjumlah paling sedikit, yaitu 1 orang.

Pada setiap Pemilu, keterpilihan para caleg artis yang telah berhasil menjadi anggota di parlemen justru menunjukkan tren menurun.

Pada tahun 2009, persentase kursi para artis sebesar 3,2 persen, lalu terjadi penurunan jumlah menjadi 2,8 persen pada Pemilu 2014, kemudian kembali menurun menjadi 2,4 persen pada Pemilu 2019. (Usep Saepul Ahya, Populi Center).

Syamsuddin menulis di dalam artikelnya Caleg Artis, So What (Mei 2013), basis kompetisi alam pemilu legislatif sejak pemilu tahun 2009 merupakan popularitas figur para caleg yang diajukan oleh parpol di satu sisi dan kemampuan finansial di sisi lain.

Itu berarti, sistem seperti ini lebih mengedepankan ketenaran belaka alih-alih kapabilitas para calon legislatif, sehingga para calon legislatif selebritas mendapat peluang lebih besar dalam memperoleh dukungan pemilih.

Dalam bahasa pesimistis, fenomena calon legislatif dari kalangan artis adalah salah satu gejala kaderisasi partai yang buruk.

Padahal, kehadiran parpol seharusnya mampu memberikan pendidikan politik, kaderisasi, serta seleksi kepemimpinan secara berskala dan demokratis. Dengan begitu, partai tidak lagi terlalu membutuhkan calon perwakilannya di parlemen dari kalangan selebritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun