"Husnun" artinya terbaik, sedangkan "Khatimah" adalah akhirnya. Jadi, secara istilah Husnul Khatimah ialah happy ending.
Dia sangat menyadari bahwa hidupnya itu berjalan ke depan (maju), bukan berjalan ke belakang alias mundur, (karena baginya tidak ada yang dinamakan ulang tahun, karena tahun tidak pernah berulang). Malahan, dia saat ini sedang menuju jadwal kematiannya. Karena memang masing-masing kitab ajal sudah ditentukan pada setiap diri kita.
"Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya," (QS. Ali-Imran: 145).
Maka dari itu, seharusnya kita tidak terkecoh oleh panjangnya usia, karena hakikatnya semakin hari umur manusia makin berkurang. Hari pun tidak pernah sama atau berulang. Hari Senin sekarang berbeda dengan hari Senin yang lalu.
Jadi, sekali lagi, manusia dari bangsa mana pun sekarang tengah mendekati jadwal dari akhir kisahnya di dunia. Kesadaran seperti ini semestinya tidak sekali-kali membuat kita meremehkan kematian.
Hamba yang beriman sangat memperhitungkan datangnya kematian. Dia senantiasa mempersiapkan diri dan selalu waspada kalau-kalau salatnya tadi adalah salat yang terakhir, jangan-jangan hari ini menjadi hari terakhirnya hidup di dunia.
Semestinya kita pun demikian, karena kehidupan di akhirat tidak ada batasan waktu, selama-lamanya, tidak sebanding dengan masa dunia ini.
Contoh, berapa perbandingan antara usia kita saat ini dengan orang yang sudah 'hidup' di alam kubur sejak tahun 1 Masehi lalu? 2.023 tahun! Padahal, usia rata-rata hidup manusia di dunia adalah 100 tahun.
Bagaimana cara menghitungnya? Contoh lagi, jika kita lahir pada tahun 1993, artinya pada tahun 2024 ini kita sudah berusia 30 tahun. 2024 dikurangi 1993 hasilnya adalah 30.
Mengapa hitungan yang digunakan pengurangan, bukan penambahan, pembagian, atau bahkan perkalian?
Jawabannya, tidak ada jawaban lain, karena memang itulah metode yang pasti dan jelas dalam menghitung jumlah umur manusia.