Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Itu Indah dan Menyenangkan Kalau Tahu Rahasianya

22 Januari 2024   12:46 Diperbarui: 29 Maret 2024   01:56 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup bahagia. (sumber: Dok. Pribadi)

Oleh K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha)*

Bahagia dan kemudahan hidup dalam Islam bisa diraih seorang hamba lewat jalan ibadah. Dan, aktivitas keseharian yang biasa kita lakukan adalah termasuk salah satu bentuk ibadah kita kepada Allah.

Aktivitas (baca: ibadah) keseharian yang hukumnya mubah saat dilakukan, bisa jadi istimewa karena itu berarti telah memalingkan seseorang dari yang haram.

Orang yang sedang punya banyak uang sementara dia menahan nafsu dari perbuatan-perbuatan maksiat menggunakan uangnya termasuk hal yang luar biasa.

Tidur juga menjadi sesuatu yang tidak biasa manakala itu dapat menjauhkan diri kita dari hal-hal yang berbau maksiat.

Sedemikian istimewanya tidur sehingga Imam Al-Ghazali dalam riwayat unik dan kontroversial menyebut, "... sehingga suatu saat ibadah terbaik umat ini adalah tidur."

Kenapa bisa begitu? Kita tidak lagi bisa menampik, mengingat di zaman seperti sekarang ini, potensi maksiat di lingkungan luar sudah begitu menjamur, seperti misalnya memandangi perempuan/laki-laki yang bukan mahram. Beda halnya jika kita tidur, Tentu dengan tetap menjalankan fardhu ain (ibadah wajib) saat waktunya sudah tiba.

Tidur malam juga lebih utama apabila kita memang pada saat tertentu tidak bisa melaksanakan salat tahajud maupun salat witir, tapi di saat yang sama kita tidak terlibat zina, mencuri, bergosip, tidak menanamkan kebencian, karena dalam tidur selain ada unsur istirahat dan memulihkan stamina, juga ada unsur meninggalkan beberapa keburukan.

Termasuk ayat Allah tentang keberkahan tidur yaitu, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari ..." (QR. Rum:23.)

Seorang yang tidak punya pekerjaan apa-apa alias menganggur dan cuma bisa melamun tidak perlu berkecil hati, karena itu berarti dia juga tidak berbuat sesuatu yang maksiat di luar rumah, membunuh, maling atau korupsi. Memang dia tidak menghasilkan uang, tapi itu masih jauh lebih baik daripada menghasilkan kriminalitas.

Sudut pandang Islam yang seperti ini, tak pelak menjadikan hidup para pemeluknya lebih mudah dan menyenangkan. Saat seseorang tidak bisa melakukan aktivitas apa pun karena menderita lumpuh, sehingga tidak dapat melaksanakan salat berjamaah di masjid, tapi kondisinya itu juga tidak memungkinkan untuk bisa bermaksiat.

Selain itu, Allah juga sangat rida kepada seorang hamba yang sedang makan, lalu pada setiap suap nasi yang dia makan, dia tetap ingat dan memuji Allah. Demikian pula ketika minum seteguk air dia memuji Allah.

Jika orang sudah diridai oleh Allah, di manapun dia menginjakkan kaki, hidup kesehariannya menjadi sangat mudah, aman, dan bahagia. Itulah mengapa banyak dari hadits Rasulullah yang menyangkut hidup keseharian manusia berisi tentang panduan-panduan untuk menggapai rida Allah.

Di dalam salah satu hadits riwayat Muttafaq alaih, Nabi menyebut bahwa uang atau nafkah seorang laki-laki yang diberikan kepada istrinya terhitung sebagai sedekah. "Nafkah yang diberikan seorang kepala rumah tangga kepada keluarganya bernilai sedekah."

Bahkan, ada juga sebagian ibadah keseharian yang berkaitan dengan hubungan suami-istri dengan gamblang dicontohkan oleh Nabi. 

Para sahabat Nabi bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, apakah berhubungan suami istri mendapat pahala?"

Rasulullah menjawab: "Apa pendapat kalian jika melampiaskan syahwatnya pada yang haram, bukankah itu dosa. Maka, begitu juga bila dia melampiaskan syahwatnya pada yang halal, dia memperoleh pahala." (HR Muslim).

Kemudian, Nabi Muhammad sendiri pernah ditanya oleh salah seorang dari sahabatnya.

"Islam mana yang terbaik, ya Rasulullah? Nabi Muhammad menjawab, "Engkau selalu memberi makan dan senantiasa mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal." (HR Muslim).

Betapa Islam memberi pedoman yang sangat memudahkan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, yang mana itu menjadi jalan mencari rida Allah lewat firman-Nya. Dan, firman Allah menyebut hidup keseharian dalam aturannya itu mudah dan menyenangkan.

Itulah juga mengapa ketika Allah menyebut beberapa kebaikan, Dia mengatakan, "Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apa jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) membebaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan," (QS. Al-Balad: 11-14).

Dan, ketika Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya di dalam Al-Qur'an banyak berisi hal-hal keseharian manusia, seperti pada ayat, "Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan." (QS. Quraisy: 1-4).

Kalau begitu, mengapa Allah menyebutkan nikmat dan kebaikan-Nya kepada manusia berupa hal-hal sederhana seperti makan? Tidak lain karena makan menjadi kebutuhan kita yang paling pokok. Manusia tidak bisa hidup tanpa makan dan minum, sedangkan di luar kedua persoalan itu masih tidak begitu bermasalah.

Jadi, kita sekarang tahu bahwa esensinya aktivitas keseharian kita selama ini sudah Islami dan menjadi ibadah. Inilah Islam.

Jangan kira bahwa ibadah itu melulu harus berupa yang wah menurut versi kita sendiri. Padahal, melalaikan prinsip-prinsip ibadah keseharian yang sudah kita bicarakan tadi sama saja dengan kebobolan di gawang sendiri.

Bahkan, dalam mengapresiasi ibadah-ibadah keseharian tersebut, terdapat kitab Ushul Fiqh yang di lingkungan pondok pesantren sangat terkenal berjudul Lubbul Ushul. Maka, kita pun seharusnya senantiasa memohon pertolongan Allah agar ibadah keseharian ini dapat kita jaga dan tertanam di hati.

*Tulisan ini merupakan rangkuman ceramah dari Gus Baha dengan judul asli "Ikuti Takdir Allah, Nikmati Hidup Sesungguhnya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun