Dan, ketika Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya di dalam Al-Qur'an banyak berisi hal-hal keseharian manusia, seperti pada ayat, "Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan." (QS. Quraisy: 1-4).
Kalau begitu, mengapa Allah menyebutkan nikmat dan kebaikan-Nya kepada manusia berupa hal-hal sederhana seperti makan? Tidak lain karena makan menjadi kebutuhan kita yang paling pokok. Manusia tidak bisa hidup tanpa makan dan minum, sedangkan di luar kedua persoalan itu masih tidak begitu bermasalah.
Jadi, kita sekarang tahu bahwa esensinya aktivitas keseharian kita selama ini sudah Islami dan menjadi ibadah. Inilah Islam.
Jangan kira bahwa ibadah itu melulu harus berupa yang wah menurut versi kita sendiri. Padahal, melalaikan prinsip-prinsip ibadah keseharian yang sudah kita bicarakan tadi sama saja dengan kebobolan di gawang sendiri.
Bahkan, dalam mengapresiasi ibadah-ibadah keseharian tersebut, terdapat kitab Ushul Fiqh yang di lingkungan pondok pesantren sangat terkenal berjudul Lubbul Ushul. Maka, kita pun seharusnya senantiasa memohon pertolongan Allah agar ibadah keseharian ini dapat kita jaga dan tertanam di hati.
*Tulisan ini merupakan rangkuman ceramah dari Gus Baha dengan judul asli "Ikuti Takdir Allah, Nikmati Hidup Sesungguhnya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H