Timnas Merah Putih berada di peringkat ke-146 pada ranking FIFA atau unggul empat tingkat dari Hong Kong (150) sebagai tim dengan peringkat terendah pada Piala Asia kali ini.
Kita harus ingat bahwa peringkat pada ranking FIFA hanya sebuah angka. Tantangannya justru adalah bagaimana mentalitas dari para pemain Timnas Indonesia tetap menggelora dalam menghadapi tantangan apa pun.
Seperti halnya negara-negara Asia lain yang pernah tampil mengejutkan pada edisi-edisi Piala Asia sebelumnya, harapan Timnas Indonesia untuk lolos dari penyisihan grup, dan mengukir sejarahnya sendiri di Piala Asia 2023 Qatar merupakan target yang wajar dan sangat realistis.
Berkaca dari ajang Piala Eropa pada 2016 lalu, selain Portugal, yang keluar sebagai juara padahal sama sekali tidak diperhitungkan daripada tim-tim hebat lainnya, Islandia yang juga sempat mencuri perhatian dunia menjadi bukti bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Lebih-lebih dalam permainan sepak bola.
Aron Gunnarsson dan kolega merupakan debutan di ajang empat tahunan ini. Dengan kata lain, Piala Eropa 2016 menjadi turnamen besar pertama yang diikuti Timnas Islandia.
Meski baru pertama kali main di kompetisi akbar dan tergabung di Grup F bersama Portugal, Hungaria dan Austria, Islandia sama sekali tidak canggung. Bahkan, mereka bisa finis sebagai runner-up dengan sekali menang atas Austria dan dua kali imbang.
Penampilan Islandia makin sensasional lagi di babak 16 besar. Strkarnir okkar, julukan Timnas Islandia, di luar dugaan mampu mengalahkan kandidat juara Inggris 2-1, meski sempat tertinggal lebih dulu di awal laga.
Menghadapi kedigdayaan Prancis di babak delapan besar, dongeng Islandia harus terhenti setelah dalam laga tersebut mereka memberikan perlawanan keras pada juara dunia dua kali itu dengan skor akhir 5-2.
Torehan Islandia yang melaju ke perempat final sungguh sangat luar biasa untuk ukuran negara kecil dan debutan. Hasilnya, skuat Islandia disambut bak pahlawan saat kembali ke negaranya.
Strategi Ideal bagi Timnas Indonesia