Nama "Sunda Kelapa" kembali dipakai berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta pada 6 Maret 1974 sampai sekarang. Kini, pelabuhan dengan sejarah panjang itu dijadikan sebagai tempat persinggahan kapal-kapal tradisional dengan rute antar pulau.
Di kawasan pelabuhan ini juga terdapat beberapa museum lain yang menarik dikunjungi antara lain Museum Bahari, Museum Wayang, dan Museum Sejarah Jakarta.
Ingin mengenal lebih jauh tentang leluhur bangsa Indonesia? Sebaiknya segera datang ke Jl. Maritim No.8 Sunda Kelapa, Jakarta.
3. Kota Tua
Sejarah Kota Tua bermula sejak tahun 1526, yaitu pada saat Kesultanan Demak mengutus panglima bernama Fatahillah, Falatehan, atau Pangeran Jayakarta I, guna menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa. Dialah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.Â
Setelah berhasil merebut Sunda Kelapa, Fatahillah mengganti berganti nama wilayah tersebut menjadi Jayakarta. Namun, pada tahun 1619, di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, VOC melakukan serangan ke Jayakarta.
Alhasil, setahun kemudian, tepat di atas reruntuhan Jayakarta, VOC membangun sebuah kota baru bernama Batavia. Nama ini dipilih atas dasar penghormatan leluhur Belanda bernama Batavieren.
Invasi Jepang pada tahun 1942 mengganti nama Batavia menjadi Jakarta yang terus digunakan sampai dengan sekarang.
Sejak masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, dari hari ke hari Kota Tua terus mengalami revitalisasi. Hingga pada tahun 1972 Ali Sadikin mengeluarkan keputusan gubernur untuk menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan.
Ditetapkannya keputusan tersebut demi melindungi warisan sejarah. Bukan tanpa alasan, di dalam wilayah Kota Tua berdiri bangunan-bangunan sejarah yang berguna sebagai museum. Misalnya Museum Fatahillah, Museum Mandiri, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Museum Indonesia.
Bahkan, secara khusus di dalam novel "The Jacatra Secret" karya Rizki Ridyasmara, Stadhuis, bekas Balai Kota Batavia peninggalan pemerintah kolonial yang kini dikenal sebagai Gedung Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah menjadi setting utama dari adanya jejak-jejak Freemasonry di tempat itu.
Gerakan Freemasonry acap dihubungkan dengan desas-desus tentang "Tatanan Dunia Baru" dan Illuminati. Perihal kebenaran yang sesungguhnya dari organisasi rahasia tersebut sampai saat ini masih misteri. Yang jelas, Penggemar Teori Konspirasi sangat cocok berada di tempat tersebut.