Ketika kita sedang dalam kondisi dizalimi atau tentang perkara apa pun itu, maka sesungguhnya tidak ada yang memberikan kekuatan kepada diri kita kecuali doa.
Bukankah kita melihat doa adalah senjata Nabi Ibrahim ketika beliau tidak bisa menemani Ismail dan Hajar setiap waktu dan setiap saatnya. Doa menjadi kekuatan Nabi Ibrahim ketika dirinya tidak bisa menemani Ismail ketika beliau harus berada di Palestina.
Namun, mengapa Ismail Alaihi wa Salam mampu menjadi Nabi dan menjadi Rasul sepeninggal bapaknya? Karena berkat kekuatan doa. Makanya, doa yang banyak Allah abadikan dari kehidupan Nabi Ibrahim merupakan doanya kepada putra-putra beliau.
Ini menunjukkan kepada kita dengan apa yang dinamakan dengan sebuah kekuatan doa. Maka dari itu, selama kita masih punya yang namanya doa, maka selama itu kita masih punya kekuatan.
Seorang pebisnis hancur berantakan ketika ditipu rekan bisnisnya, dia masih punya modal besar, yaitu berdoa
Ketika ada seorang Ibu yang sedih karena mendapati putra-putrinya tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan dan bayangkan, maka dia masih punya kekuatan berdoa.
Jika ada seorang Dai ketika dia menghadapi objek dakwahnya yang tidak segera menyambut apa yang disampaikannya, masih ada kekuatan doa.
Bila ada seorang istri ketika dia berharap kebaikan kepada suaminya, tapi suaminya tidak kunjung melakukan yang diharapkan, dia masih punya kekuatan doa.
Dan, ketika ada seorang suami berharap kebaikan baik untuk istrinya tapi tetap tidak berubah sesuai dengan harapan, dia pasti punya kekuatan doa.
Begitu besarnya perkara doa, hingga ketika kita di dalam pernikahan saja, Sunnah pertama kali yang perlu dilakukan adalah mengecup kening istri kita seraya mendoakan, "Ya Allah, aku memohon kebaikan dari wanita ini, dan kebaikan yang Engkau ciptakan atasnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan apa yang Engkau ciptakan atasnya."