Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Mengenang Ospek dan Membuat yang Lebih Visioner bagi Maba

8 Januari 2017   16:16 Diperbarui: 15 September 2020   09:05 6942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masa Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) UMN 2018. (Dok. UMN via kompas.com)

Dulu namanya OSPEK (Orientasi Studi Pengenalan Kampus). tetapi di kampus saya namanya MABIM (Masa Bimbingan). Rupa-rupa namanya, isinya kurang lebih sama, tujuannya juga sama: mempersiapkan mahasiswa baru (maba) untuk menghadapi masa kuliah. 

Saya mengalami Mabim saat masuk kampus tahun 2000. Mungkin tahun ini Mabim – yang entah apa namanya nanti di masing-masing kampus mungkin berbeda – masih lama. Tapi persiapan tentu sudah dilakukan.

Sebelum berbicara masa depan, kita lihat dulu masa lalu. Mabim jaman saya seperti apa? Di kampus saya, nama Mabimnya SINTESIS, akronim dari Sosialisasi Integrasi Training Edukasi Sistematis. 

Begitu panjangnya dan ribet. Bayangkan kalau kamu disuruh Tatib (panitia khusus tata tertib) meneriakkan dengan lantang, cepat, dan jelas kepanjangan dari SINTESIS penuh dengan tekanan dan sorotan mata tajam dari sang Tatib, apa jadinya? Yang ada biasanya menyebutkan kepanjangannya seperti benang kusut, gelagapan. Akhirnya, lumayan dapat push up.

OSPEK atau MABIM di mata dan pikiran saya adalah sesuatu yang positif, tergantung sudut pandangnya. 

Seluruh kegiatan yang disiapkan panitia dan himpunan tentu tidak akan menjerumuskan mahasiswa baru setelah selesai ikut rangkaian acara, menjadi sia-sia dan tanpa makna. Ada beberapa kegiatan yang akan saya tulis di sini. Selebihnya nanti saja ya temu muka sambil minum es doger.

  • Datang berkumpul setelah shubuh

Begitu beratnya bangun pagi. Pukul lima pagi sudah ditunggu panitia di Gasibu, depan Gedung Sate. Artinya, maba harus sudah terkoordinasi rapi sebelum itu, karena panitia menginginkan maba datang bersamaan.

Kalau kita pernah keluar rumah pukul dua atau tiga pagi, tentu di situ sudah banyak para pedagang sayur bersiap-siap. Sayur segar datang dini hari. Yang repot adalah, maba yang berjumlah hampir seratus orang itu harus dikoordinir datang bersamaan pukul lima pagi. 

Ada yang malas, ada yang sudah bangun, ada yang kerajinan, ada yang inginnya bolos saja, ada yang lupa kalau pagi itu kumpul. Waduh….

Saat itu akhirnya kami menginap bersama di beberapa rumah teman yang dekat Gasibu. Jadi beberapa basecamp. Lumayan dapat yang rajin bangun pagi sehingga jadi alarm untuk semua. Hehe. Tugas ini diselesaikan dengan baik. 

Tapi ada satu teman kami harus repot. Hari sebelumnya baju olahraga khusus Mabim sudah dipakainya, sedangkan hari itu pakai kaos bebas pun tidak apa. Akibatnya, beres acara dia langsung buka baju dan menumpang cuci kaos di rumah teman. Entah kering atau tidak bajunya saat dipakai shubuh-shubuh. Hii….

  • Membuat teh manis, warna harus sama!

Apa ini? Sudah jelas di rumah masing-masing seleranya beda, ingin rasa manisnya beda, yang membuat tangannya berbeda, semuanya berbeda. Tapi begitu teh kemasan botol plastik diangkat kedua tangan saat ditunjukkan ke panitia, warna dan rasa harus sama!

Katanya sih uji kekompakan, tapi masa iya? Saya dulu agak risih dengan tugas tersebut. Selera orang kok disama-ratakan?! Setelah saya lulus kuliah dan bekerja di manufaktur, barulah sadar. 

Ternyata semua bisa dibuat sama, dengan membuat SOP (Standard Operating Procedure). Tugas ini sebenarnya begitu sederhananya jika ketua angkatan atau pemikir di angkatan bisa mengoordinasikan merk teh, takaran air, jumlah gula, dan berapa kali teh harus dicelupkan dalam air agar warnanya sama.

Ya namanya juga anak SMA baru lulus, mana terpikir saat itu. Begitu teh diangkat, warnanya beda-bedanya. Yang heboh, ada yang dicoba oleh panitia: rasanya asem!!! 

Kena push up lagilah kita, karena warnanya sudah beda-beda, ditambah lagi tidak memerhatikan rasa. Yang punya teman itu sudah masuk ambang basi, teh kemarin sore masih tidak terminum. Apesnya hari itu.

  • Jurnal dan Laporan dikembalikan

Ini juga membuat kesal. Bergadang semalam suntuk membuat jurnal untuk praktikum esoknya, begitu asistensi… dikembalikan! Revisi, perbaiki di luar lab, lalu boleh masuk lagi begitu beres. 

Seusainya praktikum, laporan pun harus dikumpulkan lengkap dari bab 1 sampai bab 5. Seminggu kemudian saat dikumpulkan, dalam laporan terdapat coretan sana-sini, dikembalikan juga. Kesalnya waktu itu, sudah bergadang, dikembalikan pula. Capeknya double.

Saat di dunia kerja, barulah terasa juga efeknya. Laporan kita serahkan pada manajer, dengan harapan bahwa laporan yang dibuat sudah mantap. Ternyata, masih ada saja tambahan-tambahan dari manajer di sana sini. 

Tergantung persepsi. Tergantung sudut pandang. Jadi saat membuat laporan juga perlu dilihat dari sudut pandang sang atasan.

Sinkronisasi pemikiran. Apa yang tidak terpikirkan kita, ditambahkan atasan. Begitu pula sebaliknya. Untuk membuat satu gol, jarang sekali dalam satu tembakan. Pasti banyak shots on goal, kalau kita lihat statistik dalam sepakbola. Jadi jurnal dan laporan yang dikembalikan ini, positif ya.

  • Tugas mendadak pukul 00.00

Tengah malam ada SMS dari ketua angkatan disuruh bawa tugas tambahan dari panitia. Kenapa tidak dari sore saat pertemuan akhir? Kok mendadak?

Sebenarnya skenario juga, sang panitia kirim pesan malam-malam. Terkadang di dunia kerja, hal seperti itu juga terjadi. Di pabrik ada masalah, harus segera ke sana. 

Atau operator menelpon malam-malam untuk minta keputusan tindakan apa yang harus dilakukan. Terkadang juga shubuh ditelepon. Namanya dunia kerja, show must go on, produksi harus jalan terus. Ternyata ada hikmahnya juga ya....

Itulah beberapa cerita Mabim masa lalu. Bagaimana seharusnya di era Milenium ini? Jaman dulu, arahnya ke pembentukan kekompakan, solidaritas, sosialisasi, dan disiplin. 

Zaman sekarang? Ya sama kurang lebih, yang bisa dibuat berbeda adalah pengemasannya. Ibarat jengkol di kantung kresek dan di dalam kado. Isinya sama-sama jengkol, tapi bungkusnya berbeda jauh.

OBJECTIVE

Targetnya adalah dunia kerja, dunia setelah lulus dari kampus. Dulu, mungkin sebatas pengenalan dunia kampus bagi mahasiswa baru. 

Supaya berdampak lebih luas, sebaiknya target MABIM/ OSPEK adalah untuk para mahasiswa baru, panitia, dan senior (mahasiswa tingkat akhir). 

Kegiatan ini akhirnya menjadi kegiatan bersama, antara jurusan dan himpunan, karena ada satu tujuan yang sama: persiapan mahasiswa menghadapi dunia kerja.

Sekarang, apa yang ada di dunia kerja? Sebagai karyawan, kita perlu sosialisasi dengan karyawan lain, dengan bos, dengan bawahan. Kita juga perlu disiplin kerja, masuk tepat waktu, kerja efektif, kerjasama dengan yang lain, membuat tim kerja yang solid. 

Di tataran paper work, atau kerja di belakang meja, kita juga harus bisa membuat laporan kerja, penelitian, percobaan, yang efektif dan dimengerti semua pihak. Tidak jauh beda dengan tujuan-tujuan OSPEK/MABIM, ya?

Zaman hi-tech begini, cara-cara lama tentu ada yang masih relevan, ada juga yang basi. Zaman penuh teknologi, kalau yang menguasai teknologinya gak mudeng, percuma juga. Kita coba pakai metode PDCA untuk merencanakan OSPEK yang (kita anggap) visioner di era Milenium ini.

PLAN

Maba ditargetkan memiliki karakter yang ideal: disiplin, bisa bekerja dalam tim atau individu, kerja tanpa disuruh dan diawasi, jujur dapat dipercaya, mudah gaul dengan yang lain, mampu memimpin, pembuat laporan yang bagus. Ideal sekali, ya? Sengaja. 

Target ini untuk maba, panitia, dan senior. Kita kejar prosesnya untuk pencapaian ideal tersebut. Hasil? Nanti mengikuti. Kalau tidak sesuai target? Berarti kita ada kesempatan untuk improvisasi, mana proses yang dapat dikembangkan lebih dalam.

DO

Apa saja yang harus direncanakan? Buat rencana yang lebih rinci. Contohnya seperti membuat teh manis sama warna sama rasa seperti cerita di atas. Ini metode lama, tapi efektif. 

Secara tersirat, idealnya, mahasiswa baru dapat membuat prosedur kerja bagaimana untuk mencapai itu semua. Kalau di perusahaan istilahnya SOP (Standard Operating Procedure). 

Dalam pembuatan SOP idealnya akan terjadi diskusi, kerja tim, kelompok kerja. Dan biasanya kalau sudah ada tugas-tugas dari panitia, nanti ada istilah 'yang kerja itu-itu lagi orangnya'. 

Tidak apa, itu normal. Toh di perusahaan pun tidak semua jadi manajer. Ada yang jadi peneliti, operator, leader, dan plant manager. Berbagi peran.

 Contoh lainnya, buku perkenalan (buper). Ini juga metode lama. Tapi pengemasannya bisa lebih inovatif. Dari 'buper' itu final project-nya adalah membuat buku profil angkatan, profil civitas akademik. 

Dari situ nanti terlihat mana yang ada bakat menulis, layouting, fotografi, kartunis, dan lainnya. Beri tenggat waktu yang proporsional dan wajar untuk setiap project. Hasil buku tersebut nanti diberikan ke jurusan. Lebih terasa manfaatnya untuk semua elemen di jurusan.

 Bagaimana dengan elemen panitia seperti tatib, acara, pubdok, rohani, olahraga, dan lain-lain? Hemat saya, integrasikan semuanya. Pemisahan sesi tatib seperti jaman dulu dengan metode suasana mencekam, bentak-bentakan, kurang relevan di jaman sekarang. 

Tatib jaman sekarang bisa saja menjadi simulator, dengan peran interviewer di dunia kerja. Suasana wawancara macam-macam, ada yang santai, tegang, pola presentasi, atau pola sidang dengan sistem lima pewawancara sekaligus. 

Panitia Publikasi & Dokumentasi juga bisa membuat peran diintegrasikan dalam acara. Misalnya, tugas membuat foto angkatan di tempat-tempat seru, membuat film pendek, film dokumenter. Banyak sekali, asal kreatif dan berpikir di luar kebiasaan.

CHECK

Panitia, himpunan, dan jurusan harus melakukan evaluasi setiap kegiatan atau project yang diberikan ke mahasiswa baru. Karena Mabim ini targetnya bukan hanya untuk pengembangan maba, tapi juga panitia dan senior. Yang meleset dari target, evaluasi dimana gagalnya, kembangkan lagi di project/tugas/acara untuk maba berikutnya, dan itu adalah ACT.

Sebenarnya membuat perencanaan Mabim itu mudah. Ingat-ingat saja jaman dulu kegiatannya apa, lalu pikir kembali. Kira-kira perlu atau tidak, bisa dikembangkan lagi atau tidak. Karena tidak semua yang dulu pernah dialami, masih bisa berlaku buat sekarang.

 Yang paling penting, jangan pernah takut mencoba. Gagal, mentok, coba lagi, coba terus. Pasti ada jalan keluar. Optimis!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun