Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Curahan Hati Seseorang yang Lahir di Tahun 80-an

25 Desember 2016   22:22 Diperbarui: 27 Desember 2016   09:26 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mulai jengah. Gempuran opini di Facebook, merembet juga ke copy paste sana sini, forward ini itu di Whatsapp, sungguh membuat jengah, lelah hati.

Hai kawan-kawanku yang lahir di era yang sama, rasanya aku tidak perlu tahu isi pikiranmu. Cukuplah kau simpan dalam hati saja. Rasanya pertemanan kita lebih baik tanpa harus mengetahui curahan hatimu dalam media sosial. Rasanya curahan hatimu dalam surat “sahabat pena” masih lebih baik dan positif. Rasanya semua mulai kebablasan. Demokrasi yang “dibebaskan” sejak 1999 dampaknya ya kita rasakan sekarang ini, Kawan.

Apakah kau tidak kangen masa lalu? Yang mana toleransi antarumat beragama terasa begitu asli di kehidupan nyata. Kita saling menghormati, tidak ada ribut-ribut semacam masa sekarang. Yang mana kalau kita ingin ngobrol panjang lebar, aku telepon kau lalu kita ketemu di tempat biasa. Tatap muka lebih seru daripada obrolan teks Whatsapp, yang mana interpretasi kalimat bisa berbuah dugaan yang meleset.

Ah, Kawan. Ini baru tahun 2016. Kalau kita diijinkan hidup oleh-Nya hingga umur pensiun, entah apa yang akan terjadi di dunia teknologi, informasi dan telekomunikasi nanti? Rentang sepuluh tahun saja sudah akan banyak perkembangannya. Sanggupkah mental kita untuk menghadapi itu semua? Mental untuk mendidik anak cucu kita menghadapi gempuran teknologi, media sosial di masa mendatang.

Dan Kawan, rasanya setelah aku menulis ini, akan ada banyak orang juga yang setuju atau tidak setuju, komentar langsung dan tidak langsung, adu argumen, opini, merasa benar, dan… ya kau tahu lah. Kita hidup di masa yang sama.

Kawanku, aku sedang tidak membahas majalah remaja populer di masa lalu, aku bicara padamu. Maukah kamu aku ajak berbuat sesuatu? Gunakan media sosial untuk menyebar perilaku positif, penuh keriangan, berbagi cerita, memberi manfaat. Menggunakan telepon pintar kita untuk komunikasi yang efektif, positif, dan juga manfaat. Aku yakin kau mau, tapi tak perlulah kau jawab di status FB-mu. Cukuplah kita bergerak bersama-sama.

Aku kangen masa lalu, tapi kita harus menghadapi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun