Aku mulai jengah. Gempuran opini di Facebook, merembet juga ke copy paste sana sini, forward ini itu di Whatsapp, sungguh membuat jengah, lelah hati.
Hai kawan-kawanku yang lahir di era yang sama, rasanya aku tidak perlu tahu isi pikiranmu. Cukuplah kau simpan dalam hati saja. Rasanya pertemanan kita lebih baik tanpa harus mengetahui curahan hatimu dalam media sosial. Rasanya curahan hatimu dalam surat “sahabat pena” masih lebih baik dan positif. Rasanya semua mulai kebablasan. Demokrasi yang “dibebaskan” sejak 1999 dampaknya ya kita rasakan sekarang ini, Kawan.
Apakah kau tidak kangen masa lalu? Yang mana toleransi antarumat beragama terasa begitu asli di kehidupan nyata. Kita saling menghormati, tidak ada ribut-ribut semacam masa sekarang. Yang mana kalau kita ingin ngobrol panjang lebar, aku telepon kau lalu kita ketemu di tempat biasa. Tatap muka lebih seru daripada obrolan teks Whatsapp, yang mana interpretasi kalimat bisa berbuah dugaan yang meleset.
Ah, Kawan. Ini baru tahun 2016. Kalau kita diijinkan hidup oleh-Nya hingga umur pensiun, entah apa yang akan terjadi di dunia teknologi, informasi dan telekomunikasi nanti? Rentang sepuluh tahun saja sudah akan banyak perkembangannya. Sanggupkah mental kita untuk menghadapi itu semua? Mental untuk mendidik anak cucu kita menghadapi gempuran teknologi, media sosial di masa mendatang.
Dan Kawan, rasanya setelah aku menulis ini, akan ada banyak orang juga yang setuju atau tidak setuju, komentar langsung dan tidak langsung, adu argumen, opini, merasa benar, dan… ya kau tahu lah. Kita hidup di masa yang sama.
Kawanku, aku sedang tidak membahas majalah remaja populer di masa lalu, aku bicara padamu. Maukah kamu aku ajak berbuat sesuatu? Gunakan media sosial untuk menyebar perilaku positif, penuh keriangan, berbagi cerita, memberi manfaat. Menggunakan telepon pintar kita untuk komunikasi yang efektif, positif, dan juga manfaat. Aku yakin kau mau, tapi tak perlulah kau jawab di status FB-mu. Cukuplah kita bergerak bersama-sama.
Aku kangen masa lalu, tapi kita harus menghadapi masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H