Kisah sukses budidaya maggot lahir dari sejumlah pemuda di Banyuwangi yang mengelola sampah untuk budidaya maggot dan pupuk organik ini menuai banyak pujian. Dilansir dari Liputan 6 oleh Hermawan Arifianto mengatakan bahwa bisnis ini berangkat dari rasa kesal akan banyaknya sampah yang mengganggu ketika memancing di sungai. Saat ini para pemuda di Desa Siliragung, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, kini mengelola sekitar 500 kilogram sampah organik setiap harinya.Â
Para pemuda itu bernama Dirga, Sundariyanto, Kacung, Kamdan, Ari, dan Taukhid. Mereka mengelola sampah organik dari berbagai sumber seperti sampah rumah tangga, warung, tengkulak buah, bahkan sisa - sisa hajatan di rumah warga. Selain menginspirasi, para pemuda tersebut telah menjadi bagian dari agen perubahan. Dimana, selain mereka menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di daerahnya, mereka juga dapat menghasilkan keuntungan yang menggiurkan. Para pemuda turut melibatkan masyarakat dalam pemilahan sampah dari sumbernya dengan cara membagikan kotak sampah kepada warga di Desa Pesanggaran dan Siliragung guna mengajak masyarakat untuk selalu berpartisipasi aktif secara berkelanjutan.
Sumber Daya Baru dan Peluang Masa Depan yang Berkelanjutan
Transformasi sampah menjadi sumber daya ini dapat menjadi peluang untuk masa depan masyarakat dan alam ini. Potensi pengembangan budidaya maggot dapat dilakukan dalam skala yang lebih besar lagi. Dimana hal tersebut dapat saling berintegrasi dalam sistem pengelolaan sampah di kota - kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan kota lainnya juga di berbagai desa di seluruh Indonesia. Inovasi dalam pengelolaan sampah organik ini mengajak kepada seluruh masyarakat untuk lebih aktif terlibat dalam pengelolaan sampah secara berkelanjutan dan dapat masuk kepada ekonomi sirkular.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H