Mohon tunggu...
Sandra RizkyaRudianti
Sandra RizkyaRudianti Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

Saya sangat gemar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potret Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia

9 Januari 2023   15:45 Diperbarui: 9 Januari 2023   15:47 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

POTRET PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN DI INDONESIA

Afifah Nurani Kamilia Aisyah1, Sandra Rizkya Rudianti2

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

sandrarizkya@upi.edu

Abstrak

Isu penting yang harus kita bahas, yaitu mengenai kesejahteraan rakyat. Hal ini wajar, dikarenakan di Indonesia masih rendah tingkat kesejahteraan rakyatnya. Indonesia termasuk ke dalam negara yang jumlah penduduknya terbesar ke empat di dunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk mengakibatkan kualitas penduduk berkurang dan menyebabkan kemiskinan. Pelaksanaan program-program untuk mengurangi kemiskinan seperti BLT, Jamkesnas, PNPM, Mandiri, dan Raskin, belum mampu menurunkan angka kemiskinan secara signifikan. Karena itu otoritas publik harus membuat strategi yang lebih lengkap, tepat, dan tidak bersifat sementara (singkat) sehingga kebutuhan tahap demi tahap di Indonesia dapat terjadi menurun. Terdapat dua isu yang akan dibahas, yaitu mengenai pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan yang ada di Indonesia. Tujuannya agar kita mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi literatur yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian.

Kata Kunci: pertumbuhan, ekonomi, kemiskinan.

 

Abstract

An important issue that we must discuss, namely regarding the welfare of the people. This is reasonable, because in Indonesia the level of welfare of its people is still low. Indonesia is one of the countries with the fourth largest population in the world. With a large population, the quality of the population decreases and causes poverty. The implementation of programs to reduce poverty, such as BLT, Jamkesnas, PNPM, Mandiri, and Raskin, have not been able to significantly reduce the poverty rate. Because of this, public authorities must make a strategy that is more complete, precise, and not temporary (brief) so that the needs in Indonesia can decrease step by step. There are two issues that will be discussed, namely regarding economic growth and poverty in Indonesia. The goal is for us to know how the influence of economic growth in Indonesia and the causes of poverty in Indonesia. This research was conducted using the literature study method, namely a series of activities related to the method of collecting library data, reading and taking notes, and managing research materials.

Keyword: economic, growth, poverty.

 

PENDAHULUAN 

Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Ekonomi bisa dikatakan mengalami suatu perubahan , apabila tingkat kegiatan ekonominya itu lebih tinggi dari pada yang dicapai di masa sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang bisa dikatakan keberhasilan pembangunan. Maka, semakin tingginya pertumbuhan ekonomi membuat kesejahteraan masyarakat yang makin tinggi pula. Keberhasilan pembangunan bisa dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu, setiap daerah harus bisa menetapkan target untuk tingkat pertumbuhan ekonominya agar menjadi tinggi dan perencanaan tujuan pembangunan daerahnya. Bagi pemerintah, ekonomi yang tumbuh diperlukan untuk memperkuat sruktur perekonomian nasional terutama dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat, seiring dengan peningkatan angkatan kerja rata- ata pertahun. Disamping itu pergerakan ekonomi dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat sebagai kekuatan ekonomi domestik yang sangat penting. Pertumbuhan dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat melalui program strategis bersifat jangka pendek dengan memberikan porsi terbesar kepada sektor pengembangan usaha ekonomi mikro dan UKM. Namun, jika pertumbuhan ekonomi tidak dikendalikan akan meningkatkan ketimpangan pendapatan masyarakat, kesenjangan antar pelaku usaha ekonomi, dan kesenjangan sektoral. Dengan memilih kebijakan ekonomi yang menawarkan keberpihakan, peluang, dan akses publik yang luas, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas harus ditopang. Pertumbuhan ekonomi wajar tanpa pengecualian adalah pertumbuhan yang tidak terkendali disertai dominasi ekonomi yang tidak terkendali seimbang. Pertumbuhan yang hanya mendorong pemusatan ekonomi terpusat atau monopoli dan cenderung dikuasai kelompok ekonomi besar justru memperpanjang rantai kesenjangan ekonomi di berbagai sektor. Ketimpangan, ekonomi yang lebih terbuka, dan kemiskinan akan dihasilkan dari ekspansi ekonomi semacam ini. Masuknya investasi asing yang cenderung memonopoli dan tidak membentuk rantai ekonomi baru (multiflier effect), semakin memperparah keadaan dan apat mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal. Perhatian pemerintah terhadap permasalahan ekonomi dalam negeri tidak dapat mengandalkan pertumbuhan sebagai kekuatan utama dalam meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan daya beli masyarakat. Sebaliknya, harus ada penegasan atau keselarasan kebijakan sebagai instrumen penyeimbang dan menjadi agenda utama dalam mencapai pemerataan peluang usaha, akses sumber daya ekonomi, dan pemerataan dalam program pengelolaan ekonomi nasional. Ketimpangan ekonomi di Indonesia merupakan masalah klasik yang tidak pernah selesai, padahal setiap rezim pemerintahan selalu berupaya untuk mengurangi ketimpangan ekonomi (rasio gini) dan angka kemiskinan dengan melakukan hal tersebut keadaan menjadi semakin meresahkan, dan perekonomian Indonesia pun ikut terpuruk. oleh sejumlah persoalan kompleks, antara lain rendahnya daya beli masyarakat, kesenjangan ekonomi antar pelaku, dan penguasaan konsentrasi ekonomi. Meskipun kemiskinan diakui sebagai masalah sosial ekonomi, penyebab dan solusinya terkait dengan ideologi yang yang mendasarinya. Konservatisme, liberalisme, dan radikalisme adalah tiga pandangan yang dapat digunakan untuk memahami ideologi ini. Penganut setiap sudut pandang memiliki penjelasan yang berbeda untuk kemiskinan. Menurut kaum konservatif, kemiskinan disebabkan oleh karakteristik khas orang miskin. Orang miskin tidak mau bekerja keras, menghambur-hamburkan uang, punya rencana, tidak punya jiwa wirausaha, fatalistik, dan tidak mau berpartisipasi. Bahwa orang miskin adalah kelompok yang memiliki budaya kemiskinan sendiri yang didasarkan pada psikologi sosial, ekonomi, dan karakteristik lainnya. Liberal percaya bahwa manusia adalah makhluk moral yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Cara hidup melarat hanyalah semacam variasi praktis dan situasional. Budaya kemiskinan diabaikan oleh orang-orang radikal, yang menekankan peran dalam struktur ekonomi, politik, dan sosial dan percaya bahwa manusia itu kooperatif, produktif, dan kreatif.

METODE PENELITIAN 

Metode yang digunakan, yaitu studi literatur yang merupakan serangkaian kegiatan yang dengan dilakukan pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, dan mengelola bahan penelitian. penelitian dengan studi literatur tidak harus turun ke lapangan dan bertemu dengan responden. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat diperoleh dari sumber pustaka atau dokumen. Menurut (Zed, 2014), pada riset pustaka (library research), penelusuran pustaka tidak hanya untuk langkah awal menyiapkan kerangka penelitian (research design) akan tetapi sekaligus memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian.

Meskipun terlihat mudah, studi literatur membutuhkan ketekunan yang tinggi agar data dan analisis data serta kesimpulan yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu dibutuhkan persiapan dan pelaksanaan yang optimal. Penelitian studi literatur membutuhkan analisis yang matang dan mendalam agar mendapatkan hasil.

Dengan demikian penelitian dengan studi literatur juga sebuah penelitian dan dapat dikategorikan sebagai sebuah karya ilmiah karena pengumpulan data dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi penelitian. Variabel pada penelitian studi literatur bersifat tidak baku. Data yang diperoleh dianalisis secara mendalam oleh penulis. Data-data yang diperoleh dituangkan ke dalam sub bab-sub bab sehingga menjawab rumusan masalah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN 

(Prihastuti, 2018) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan output per kapita secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pertumbuhan ekonomi biasanya berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat yang lebih besar. Ada tiga komponen penting untuk pertumbuhan ekonomi ekonomi suatu negara. Ketiga aspek tersebut meliputi:

  • Akumulasi modal, yang meliputi setiap investasi baru atau yang sudah ada di tanah, peralatan fisik, modal atau sumber daya, dan tenaga manusia.
  • Pertumbuhan  penduduk yang pada akhirnya akan menghasilkan tenaga kerja yang lebih besar.
  • Kemajuan teknologi, baik berupa metode baru maupun penyempurnaan metode tradisional.

Salah satu aspek penting adalah pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, pandangan klasik ekonomi berpendapat bahwa meningkatkan modal investasi dan menurunkan berbagai hambatan (seperti deregulasi dan insentif pajak) untuk produksi barang dan jasa dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sudut pandang ini mirip dengan kebijakan pemerintah saat ini, yang mencakup strategi pengembangan infrastruktur, deregulasi ekonomi, dan penurunan suku bunga dalam upaya mendorong investasi yang berkelanjutan. Masyarakat yang membeli kekuasaan juga dapat membantu menggerakkan perekonomian. Akibatnya, pemerintah perlu menggunakan strategi side demand untuk menjaga daya beli masyarakat tetap stabil. Artinya kebutuhan masyarakat akan dipenuhi dengan peningkatan produksi, sehingga permintaan dalam negeri meningkat. Di sisi lain, jika produksi ditingkatkan meskipun permintaan berkurang, barang-barang produksi akan menumpuk sehingga menimbulkan kerugian.

Ketika seseorang atau sekelompok orang tidak dapat mencapai tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimum untuk standar hidup tertentu, mereka dikatakan miskin. Kurangnya sumber daya, seperti uang dan barang, untuk memenuhi kebutuhan dasar seseorang dianggap sebagai kemiskinan.

Selain itu, kemiskinan merupakan masalah mendasar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, kurangnya pembangunan ekonomi merupakan akar penyebab kemiskinan, bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya. Kemiskinan adalah "keadaan memprihatinkan akibat pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan". Ini adalah definisi dari kemiskinan.

Dalam bukunya (2018:26), Zakaria mengatakan bahwa ada tiga cara untuk memahami kemiskinan:

  • Kemiskinan relative yaitu seseorang dianggap relatif miskin jika hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitar mereka.
  • Kemiskinan kultural yaitu kebutuhan sosial terkait erat dengan disposisi individu atau kelompok individu yang lebih suka melakukan apa pun untuk tidak bekerja pada tingkat kehidupan mereka meskipun faktanya ada pengerahan tenaga dari berbagai kelompok yang membantunya.
  • kemiskinan absolute yaitu berbagai penduduk yang tidak dapat memperoleh aset yang memadai untuk bertemu kebutuhan esensial. Mereka hidup di bawah ambang pendapatan minimum atau di bawah garis kemiskinan internasional (kemiskinan absolut adalah bentuk kemiskinan terburuk yang diukur dengan kemampuan keluarga untuk membayar kebutuhan minimum yang diperlukan untuk hidup sesuai dengan martabat manusia).

Sebagaimana diindikasikan oleh Siregar dan Dwi (2008), perkembangan moneter tidak diragukan lagi merupakan prasyarat kebutuhan (necessary condition) untuk mengurangi kemeiskinan. Dalam hal persyaratan kecukupan, pertumbuhan harus efektif mengurangi kemiskinan (sufficient condition).

Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan harus merata di antara semua kelompok pendapatan, termasuk penduduk miskin (pertumbuhan dengan pemerataan). Kerjasama instruktif yang rendah dan tingkat putus sekolah dalam pertemuan lokal miskin karena tidak memiliki aset yang memadai untuk naik kelas pada tingkat yang lebih signifikan karena pendidikan lanjutan membutuhkan biaya yang cukup besar. Sebagian masyarakat juga percaya bahwa jika orang tua menyekolahkan anaknya, mereka akan kehilangan kesempatan untuk menghasilkan uang. Masyarakat mempekerjakan anak-anak usia sekolah mereka untuk alasan ini. Konteks ini menunjukkan bahwa pendidikan berfungsi sebagai wahana untuk memerangi kemiskinan. Otoritas publik perlu melanjutkan memperluas nilai dan memperluas akses pendidikan yang menyoroti kemajuan harapan rata-rata lama sekolah lama sehingga dapat mengurangi  masalah kemiskinan karena jumlah putus sekolah yang meningkat.

Masalah pengangguran juga berdampak signifikan terhadap angka kemiskinan di Indonesia. Sukirno berpendapat (2006:87) bahwa pengangguran akan mengakibatkan penurunan pendapatan masyarakat dan tingkat pencapaian kesejahteraan. Dimana isu kemiskinan akan semakin marak semakin rendah tingkat kemakmurannya. Tenaga kerja yang berkembang pesat akan meningkat.

Bobot yang berbeda untuk ekonomi, khususnya penciptaan atau perluasan pekerjaan. Menurut Dumairy (1996), pembagian angkatan akan meningkatkan jumlah orang yang sedang menganggur jika lowongan pekerjaan baru tidak terisi penuh. Pemerintah pusat telah melaksanakan sejumlah program untuk mengentaskan kemiskinan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Program-program tersebut antara lain program KIS (Kartu Indonesia Sehat) di bidang kesehatan, PIP (Program Indonesia Pintar) di bidang pendidikan, PKH (Program Keluarga Harapan) di bidang sosial, dan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) di bidang bisnis. bantuan permodalan bagi pengusaha UMKM.

Proyek-proyek ini telah dikendalikan oleh otoritas publik cukup lama cukup banyak lima tahun terakhir dalam menangani tingkat kemiskinan, namun jauh dari masalah pokok. Karena program dan kebijakan tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya, dan karena rencana pelaksanaan program dan kebijakan pengentasan kemiskinan masih berlubang. Untuk mengentaskan kemiskinan, diperlukan strategi terpadu yang terintegrasi secara sistematis, bukan dilakukan secara terpisah-pisah. Selain itu, sinergi antar instansi pemerintah diperlukan untuk mengatasi masalah kemiskinan secara tuntas.

Meskipun berbagai program pengentasan pemerintah telah dilakukan, kemiskinan tetap menjadi kendala yang signifikan. Menurut Mankiw (2007:158), pertumbuhan merupakan ukuran kesejahteraan suatu daerah. Produktivitas meningkat sebagai akibat dari ekspansi ekonomi, yang pada gilirannya meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan.

Sukirno sebagaimana dikemukakan dalam 2013:25) menyatakan bahwa pengentasan kemiskinan memerlukan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu keniscayaan (kondisi). Dalam hal persyaratan kecukupan, pertumbuhan harus efektif mengurangi kemiskinan (kondisi cukup).

Artinya, pertumbuhan ini harus mempengaruhi semua kelompok masyarakat, termasuk masyarakat miskin (pertumbuhan dengan pemerataan).  Sementara kualitas sumber daya manusia akan berdampak pada produktivitas masyarakat, tingkat pendidikan dapat menunjukkan hal tersebut. Menurut Todaro (2006), salah satu syarat modal manusia yang mendasar untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan adalah pendidikan. Penduduk merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk, dan pencapaian tujuan pembangunan di bidang pendidikan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas penduduk. Pertumbuhan produktivitas Aria Bhaswara Mohammad Bintang dan Woyanti melakukan penelitian pada tahun 2018. Mendapatkan variabel pendidikan berdampak negatif terhadap tingkat kemiskinan secara signifikan.

PENUTUP

SIMPULAN 

Kesimpulan yang dapat ditarik dari temuan penelitian ini adalah tingkat kemiskinan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh variabel pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi terkait dalam arah yang sama. Hal ini terjadi karena kegiatan ekonomi semakin membuahkan hasil. Meskipun ada beberapa pertumbuhan ekonomi, namun belum merata karena strateginya masih fokus pada percepatan dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga cenderung mengabaikan pemerataan dan masih berpihak pada kelompok berpendapatan tinggi di masyarakat kelas atas, meningkatkan ketimpangan dan kesenjangan pendapatan di antara orang-orang. Variabel pendidikan yang diukur dengan rata-rata lama sekolah (RLS) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keahlian dan kompetensi seseorang meningkat seiring dengan tingkat pendidikannya. Seperti itu, kemungkinan akan jauh lebih menonjol untuk berasimilasi ke dalam dunia kerja dan akan dapat melakukan pekerjaan usaha yang dapat menyebabkan individu menjauh dari jebakan kemiskinan dan faktor pengangguran dilihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdampak sangat besar dan penting untuk tingkat kemiskinan. Akibatnya, tingkat kemiskinan akan meningkat seiring dengan tingkat pengangguran. Pengurangan kemiskinan akan berhasil jika ada pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja yang ada, khususnya di industri padat karya, dan tersebar di semua tingkat pendapatan, termasuk masyarakat miskin.

SARAN 

Disajikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat membantu mengatasi kemiskinan berdasarkan temuan studi. Agar angka kemiskinan turun, pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk program pelatihan pegawai yang fokus pada soft skill atau keterampilan yang baik. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat keberhasilan program dan berdampak pada pengurangan kemiskinan di Indonesia, pemerintah harus mengevaluasi semua program dan kebijakan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.

 DAFTAR PUSTAKA 

 Bintang, Aria Bhaswara Mohammad, dan Nenik Woyanti, 2018. Pengaruh PDRB, Pendidikan, Kesehatan, Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah (2011-2015). Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 33 No. 1 Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Universitas Diponegoro: Semarang.

 Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

 Mankiw, N Gregory, 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.

 Prihastuti, A. H. (2018). Pengaruh Alokasi Belanja Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi. Menara Ekonomi, ISSN : 2407-8565; E-ISSN: 2579-5295.

 Siregar, Hermanto dan Dwi Wahtuniarti, 2008. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Jurnal Ekonomi Politik dan Keuangan. Jakarta. Hal: 54-56.

 Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan. Kencana. Jakarta.

 Sukirno, Sadono, 2013. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Rajawali Pers: Jakarta.

 Todaro, Jarnasy, M. P & Smith, S. SC. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Sembilan Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

 Zakaria, Junaidi. 2018. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan. PT. Umitoha Ukhuwah Grafika. Makassar. Sulawesi Selatan.

 Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun