Menunggu hasil uji coba terkontrol secara acak yang sedang berlangsung, dokter harus meresepkan perawatan ini dengan mempertimbangkan kurangnya alasan saat ini dan rasio risiko-manfaat dalam bentuk yang parah.Â
Selain itu, mengingat kurangnya pembersihan virus pada pasien yang paling parah, penggunaan obat-obat penekan kekebalan harus diseimbangkan dengan hati-hati pada populasi ini.
WHO Menerima Rekomendasi hentikan penelitian
WHO telah menerima rekomendasi dari the Solidarity Trial's International Steering Committee  (Komite Pengarah Internasional Percobaan Solidaritas) untuk menghentikan percobaan hydroxychloroquine dan lopinavir / ritonavir percobaan. the Solidarity Trial's International Steering Committee didirikan oleh WHO untuk menemukan pengobatan COVID-19 yang efektif untuk pasien yang dirawat di rumah sakit.
Komite Pengarah Internasional merumuskan rekomendasi berdasarkan bukti untuk perawatan hydroxychloroquine vs standar dan untuk lopinavir / ritonavir vs perawatan standar dari hasil sementara uji coba Solidaritas, dan dari tinjauan bukti dari semua uji coba yang disajikan di KTT WHO 1-2 Juli tentang penelitian dan inovasi COVID-19.
Hasil uji coba sementara ini menunjukkan bahwa hydroxychloroquine dan lopinavir / ritonavir menghasilkan sedikit atau tidak ada penurunan pada kematian pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit jika dibandingkan dengan perawatan standar. Penyelidik persidangan solidaritas akan menghentikan persidangan dengan segera.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga pernah mendesal ke Indonesia untuk menghentikan uji coba dan penggunaan klorokuin dalam pengobatan pasien Corona. Sumber anonim mengatakan kepada Reuters bahwa sebenarnya WHO telah memberi tahu Kementerian Kesehatan Indonesia untuk menunda pengobatan memakai obat klorokuin. Dikutip dari Reuters, Erlina Burhan seorang dokter yang membantu menyusun pedoman pengobatan virus Corona COVID-19 sekaligus anggota Asosiasi Pulmonolog Indonesia pun mengkonfirmasi bahwa asosiasi tersebut telah menerima saran baru dari WHO untuk menangguhkan pengobatan-pengobatan tersebut.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), institusi yang mengatur kebijakan kesehatan di Amerika Serikat, juga telah menghapus panduan dosis pada chloroquine dari website resmi mereka.Â
Chloroquine atau pil kina digunakan untuk mengobabi malaria, arthritis dan penyakit lainnya yang menyerang imun. Namun, pamor obat ini kembali naik setelah Trump dan negara lainnya menggunakan chloroquine untuk penanganan pasien yang terinfeksi virus corona.Â
Departemen Makanan dan Obat (FDA) Amerika Serikat tidak menyetujui obat ini untuk mengobati Covid-19. Para ahli juga telah memperingatkan bahwa obat tersebut belum terbukti menyembuhkan dan berbahaya karena belum teruji secara klinis.Â
Dalam situs resmi FDA per  1 Juli 2020 telah disebutkan tinjauan FDA tentang masalah keamanan dengan penggunaan hydroxychloroquine dan chloroquine untuk merawat pasien rawat inap dengan COVID-19.Â