Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapakah Politikus dan Partai Pembela Agama Allah?

17 April 2018   06:56 Diperbarui: 17 April 2018   09:33 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapakah Politikus dan Partai Pembela Agama Allah ?

Di tahun politik ini kembali suhu media mainstream dan media sosial dipanaskan oleh pendapat tokoh reformasi Profesor DR Amin Rais tentang partai pembela agama Allah atau bukan. Ternyata yang membuat sebagian orang semakin gerah ketika ada istilah partai setan terselip dalam pesan tausyiah subuh di masjid itu. 

Meski Amin tidak pernah menunjukkan sedikitpun nama partai dan tokoh partainya, tetapi banyak yang tersentil karenanya. Bukan hanya para pendukung, para elit politikpun beramai ramai merasa tertohok dan langsung bereaksi keras bahkan melaporkan ke polisi.

 Sebaliknya kelompok tertentu lainnya justru mengamini pendapat Amin Rais itu. Bila dicermati kegerahan itu hanya masalah pilihan kata. Egoisme politik dan egoisme kelompok membuat sebagian masyarakat gagal fokus terhadap substansi penting yang diungkapkan sesepuh gerakan 212 itu. Bila dicermati sebenarnya fokus utama pesan itu adalah "Siapakah Politikus dan Siapakah Partai Pembela Allah Itu ?"

Mantan Ketua MPR, Pendiri dan Ketua Dewan Kehormatan PAN dan sekaligus Ketua Penasihat Persaudaraan Alumni 212 Amien Rais mengungkapkan dua kelompok besar partai-partai politik di Indonesia yakni partai pembela agama Allah dan bukan. "Sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung dan kekuatan dengan sebuah partai. 

Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu hizbullah. Untuk melawan siapa? untuk melawan hizbusy syaithan," demikian diungkapkan Amien dalam tausiyah usai mengikuti Gerakan Indonesia Salat Subuh berjemaah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (13/4) pagi.

 "Orang-orang yang anti Tuhan, itu otomatis bergabung dalam partai besar, itu partai hizbusy syaithan. Ketahuilah partai itu mesti dihuni oleh orang-orang yang rugi, rugi dunia rugi akhiratnya. Tapi di tempat lain, orang yang beriman bergabung di sebuah partai besar namanya hizbullah, Partai Allah. 

Partai yang memenangkan perjuangan dan memetik kejayaan. Tampaknya suhu politik Indonesia semakin tinggi sehingga membuat tensi emosi dan kepanikan pihak trtentu lebih sensitif. Seruan untuk sesama umat agar dijauhkan dari pola pikir dan perilaku setan dijauhkan membuat banyak pihak jadi kepanasan.

Saat ini isu itu terus bergulir memanaskan berbagai pihak yang merasa tertohok. Tampaknya setiap apa yang diucapkan tokoh reformasi adalah fakta kontroversial yang membuat heboh dunia politik Indonesia. Mengapa disebut fakta bukan hoax ? Karena, kalau yang sering disebutkan hoax maka sudah dari awal Amin akan dilaporkan polisi dan akan segera dicokok polisi. Apalagi Amin sudah pernah diancam salah satu menteri yang akan dicari dosa dosanya. 

Maka mungkin saja kali ini sang maestro reformasi itu akan segera diproses segera dan dijemput polisi secepatnya meskipun yang disebutkan adalah fakta. Sampai saat ini meski ditekan dengan berbagai ancaman ternyata pendekar reformasi itu tetap tak bergeming. Beberapa pakar bahasa memandang sebagian bangsa masih kurang cermat dan kurang fokus. 

Karena, fokus utama adalah: "Manakah partai pembela agama Allah dan siapakah politikus dan rakyat pembela agama Allah di Indonesia ? Bambang Susetyo Ketua DPR yang saat ini dianggap berada di seberang Aminpun membela ini hanyalah masalah pilihan kata.

Tudingan bukan Pembela Agama Allah

Bila ditanya siapakah saja partai, politikus atau rakyat pembela agama Allah maka tidak mudah untuk menjawabnya. Pastinya, semua beramai ramai akan mengatakan bahwa dirinya dan partainya mengaku pembela agama Allah terdepan. Siapapun yang menjawab itu akan tampak terbelah menjadi dua kutub yang berbeda seperti kutub yang diungkapkan Amin. Siapa saja orang yang ditanya jawabannya akan membuat rakyat tahu di posisi mana politikus itu berdiri dan dimana posisi partainya berada. 

Saat dituding partainya bukan pembela agama Allah. Serta merta para pendukung pasti akan membela dengan jawaban senada bahwa partainya pembela agama Allah sebenarnya. Buktinya, banyak anggota partainya yang shaleh shalat lima waktu, keturunannya kyai, puasa senin kamis, pengetahuan agamanya baik dan alasan baik keagamaan lainnya. 

Pada kelompok yang sama menuding dengan tuduhan selalu seragam pada partai lain dan pendukungnya yang mengaku pembela agama Allah sebenarnya bukan membela agama Allah sejatinya. Buktinya, kelakuannya yang suka berkata kasar, caci maki, koruptor, intoleransi, pendukung teroris, radikal, anti NKRI, anti Pancasila, tukang kawin dan berbagai fitnah dan tuduhan keras lainnya.

Sebaliknya pada kelompok lainnya selalu menuding politikus atau partai lainnya tidak membela agama Allah. Buktinya, karena membela penista agama, mendukung partai dan cagub pilkada penista agama, munafik menjual ayat dan agama, pendukung tindakan ketidakadilan hukum pada umat Islam, mendukung kelompok pembenci Islam, pendukung kriminalisasi ulama, pendukung paham yang diharamkan MUI seperti liberalisme, sekuler dan pluralisme. 

Tuduhan lainnya partainya bukan pembela agama Allah karena partai pendukung UU Ormas, pendukung LGBT, pelindung Anti Tuhan, bekerja sama dengan non muslim, partai dengan koruptor terbanyak, dan tudingan panas lainnya. Sehingga tidak mudah untuk menentukan siapakah partai pembela agama islam itu sebenarnya ? 

Sulit menentukan siapakah pembela agama Allah di antara dua kutub itu karena sama sama merasa paling benar dan paling suci. Kualitas penilaian itu tergantung siapa latar belakang orang yang menilai atau apa niat dan tujuan orang tersebut dalam menentukan sebuah partai adalah pembela agama Allah.

Siapakah pembela Agama Allah ?

Saat ini banyak kelompok tertentu yang menyindir para pembela agama Allah bahwa agama dan Allah tidak perlu dibela karena sudah hebat dan kuat. Sejatinya baik orang-orang lemah, orang tak berdaya, orang yang butuh pertolongan, agama dan Allah sama-sama perlu dibela. Walaupun alasan dan sebab pembelaannya berbeda. Orang-orang kecil dan lemah dibela karena mereka tak berdaya untuk membela diri. Ini sesuai dengan ajaran Islam. 

Tuhan dan agama-Nya juga perlu dibela, karena alasan yang berbeda, bukan karena Allah lemah dan tak mampu menolong diri-Nya sendiri. Ini pun sesuai dengan ajaran Islam. Jadi karena alasan apa Tuhan dan agama dibela karena hal itu diperintahkan oleh-Nya. Hal ini disebutkan di dalam Al-Quran: 'Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana 

'Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah"....' (QS 61: 14). 

Pesan Allah itu memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa hendaklah mereka menjadi penolong-penolong agama Allah dalam semua keadaan mereka dengan lisan, perbuatan, serta dengan mengurbankan jiwa dan harta benda mereka. Dan hendaklah mereka memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana kaum Hawariyyin memenuhi seruan Isa.

Ada beberapa ayat lain dalam al-Quran, yang memerintahkan umatnya untuk membela Allah dan Rasul. "Sungguh Allah akan menolong orang yang membela-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. al-Hajj: 40). Dalam surat lain disebut"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan kaki kalian." (QS. Muhammad: 7)

Bagaimana Cara Membela Agama Allah ?

Ibnu Katsir seperti yang dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir juz VIII hal 28 dikatakan, makna "dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya." Orang yang menolong Allah swt dan Rasul-Nya dengan memiliki keinginannya membawa senjata. "Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa." adalah Allah swt menolong orang yang menolong-Nya yang sebetulnya Allah swt tidak membutuhkan pertolongan dari manusia. Adapun disyariatkannya jihad adalah untuk menguji sebagian kalian dari sebagian yang lain." 

Tetapi dalam keadaan damai tidak ada perang yang mengancam seperti di Indonesia maka menolong agama Allah juga bermakna jihad dalam dakwah, menyebarkan Islam, dan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Dalam Tafsir Thobary juga dijelaskan, yang dimaksud menolong Allah adalah menolong atau membantu Rasulullah Saw dalam menyampaikan risalah Islam dan membantu Rasul dalam menghadapi musuh musuh Rasulullah dan musuh agama.

Berjuang mendakwahkan dan membela Islam bisa dilakukan dengan ragam cara, dengan harta, jiwa, juga lisan. "Perangilah orang-orang musyrik dengan harta kalian, jiwa kalian dan lisan kalian" (HR Abu Daud dan Al-Hakim dari Anas). Penistaan, pelecehan, atau penghinaan terhadap Islam terus dilakukan orang-orang kafir, sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Umat Islam yang benar-benar dengan kemuslimannya, tanpa dikomando akan bangkit membela nama baik agama. 

Berdasarkan dalil Quran, Sunah dan tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan bagi umat, politikus atau partai yang tidak menyebarkan dakwah, tidak menyebarkan Islam, dan tidak menerapkan syariat dalam seluruh aspek kehidupan maka dianggap tidak membela Agama Allah.

Elit partai dan pendukungnya yang mengatas namakan partai politik akan dapat dinilai umat dan rakyat apakah partai tersebut pembela agama Allah atau bukan. Bisa saja dari nada dan intonansi suara seorang politikus, rakyat yang cerdas akan tahu siapa mujahid sejati yang membela agama Allah dan siapakah para munafik yang menjual agamanya demi kepentingan individu atau kelompoknya.

Kontroversi

Kontroversipun merebak saat Prof DR Amin mengungkapkan istilah partai setan. Padahal saat khutbah di masjid, Amin Rais, para ulama atau para utadz menyebut kata setan adalah hal yang biasa seperti halnya menyebut kata kafir. Para Ahli Tafsir menyebutkan kata Syaiton dalam bentuk mufrod dan jama' disebutkan sebanyak 88 kali. Dan kata iblis disebut sebanyak 11 kali. Allah selalu mengingatkan bahwa setan dan iblis adalah musuh seluruh manusia sampai hari kiamat. 

Sehingga para penjaga moral umat itu selalu mengingatkan bahwa setan adalah musuh utama yang ada dalam diri manusia yang harus selalu diwaspadai. Sehingga seruan untuk menjauhi bisikan setan dan hindari berperilaku setan dalam kehidupan sehari hari baik kehidupan sosial, budaya dan politik adalah hal yang harus selalu dilakukan.

 Tetapi saat para penceramah menyerukan kebaikan dengan menyerukan menjauhkan setan sama hal dengan bila menyerukan psan moral yang berkaitan dengan kata kafir banyak yang tersinggung. Tampaknya kata setan itu seperti kontroversi istilah kafir yang membuat pihak tertentu menjadi sangat sensitif. Padahal ceramah itu ditujukan untuk kalangan internal umat muslim, bukan konsumsi umum. Tetapi masalah itu muncul ketika media mainstream dan media sosial memviralkan.

Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan penjelasan partai Allah (hizb Allah) dan partai setan (hizb syaithan) memang terdapat dalam Alquran, tepatnya pada surat Al Mujadilah ayat 19 hingga 22. Ayat tersebut menerangkan adanya dua golongan manusia, yakni golongan setan (hizb as syaithan) dan golongan Allah (hizb Allah). Golongan setan itu disebutkan sebagai sekelompok orang yang selalu berdusta, lupa mengingat dan menentang ajaran allah.

 Mereka itu merupakan golongan yang merugi. Sementara itu, golongan Allah dijelaskan sebagai sekelompok orang yang yang menanamkan keimanan dalam hati mereka dan berharap pertolongan Allah. Mereka itu termasuk golongan orang yang beruntung. Meskipun konteks ayat tersebut lebih pada makna transendental, yaitu tentang akidah, keyakinan, atau keimanan kepada Allah SWT, bukan dalam konteks politik.

Sebenarnya pihak tertentu tidak perlu panas dan panik bila merasa tidak mempunyai niat dan tindakan jahat seperti setan atau bukan setan. Amin juga tidak menyebutkan nama partainya. Bahkan saat disinggung mana saja parpol pembela Allah maka tidak mudah menentukan. Bahkan saat dikonfirmasi usai memberikan tusyiah, Amienpun enggan membeberkan partai apa saja yang masuk kategori hizbus syaithan. Bahkan Aminpun saat itu mengatakan "Saya enggak katakan begitu. Jadi bukan partai, tapi cara berpikir. Cara berpikir yang untuk Allah dan yang diikuti oleh setan.

 Gelombang pro setan merugi, gelombang besar yang didikte kehendak Allah pasti menang," kata dia dalam tausiyahnya. Para ustadz yang lain juga sering menyerukan kebaikkan dengan mengatakan hati hati bujukan setan atau jauhilah perbuatan setan seperti peminum alkohol, pezinah, koruptor, perampok, pencuri, pembunuh, pemfitnah, dan perbuatan jahat lainnya. Tetapi selama ini para setan dan teman setan itu tidak ada yang pernah melaporkan para ustad ke polisi karena mungkin saja para penjahat itu sadar memang selalu ditemani bisikan setan dalam kehidupannya.

Egoisme politik

Dalam kondisi bangsa yang telah dipapari oleh egoisme kehidupan politik membuat egoisme individu dan egoisme kelompok lebih sensitif mudah marah dan lebih garang. Dominasi egoisme individu dan egoisme kelompok inilah yang membuat otak manusia Indonesia saat ini lebih sensitif, mudah panik dan lebih agresif. Siapapun yang berbicara bila itu lawan politiknya atau menyinggung idolanya dalam berpolitik akan mudah membuat tensi di otak meningkat dan memupuk benih kebencian dihatinya. 

Apalagi yang berbicara adalah tokoh nasional dan substansi bahasanya sangat merugikan kepentingan partai politik dan tokoh politiknya. Sehingga umat muslim dan para pemuka agama saat ini selalu dipaksa harus mengorbankan egonya dan selalu mengalah untuk menyebutkan kata setan dengan kata jahat atau kata kafir dengan non muslim. 

Padahal kata kata itu bukan buatan manusia tetapi kalimat Allah yang diajarkan pada manusia. Mungkin saja ke depan agar banyak tokoh dan kelompok tertentu tidak mudah tersinggung dan menjadi sensitif maka nantinya kata kata yang sensitif harus disimpan dalam hati atau diganti istilah lainnya. Seperti kata komunis nantinya bila ingin lebih teduh bisa diganti dengan kata anti Tuhan. Agar tidak menyinggung pemguasa istilah Utang Negara dirubah jadi Pinjaman Negara

. Agar tidak membuat lawan sensitif kata bodoh diubah jadk dungu dan seterusnya. Begitu juga halnya keppres yang ditandatangani pada 14 Maret 2014 oleh Presiden SBY mengganti istilah China menjadi Tionghoa. SBY menilai dengan mengganti istilah itu pandangan dan perlakuan diskriminatif terhadap seseorang, kelompok, komunitas dan/atau ras tertentu pada dasarnya melanggar nilai atau prinsip perlindungan hak asasi manusia.

Bangsa ini harus maklum, inilah uniknya egoisme kebencian dan egoisme amarah manusia Indonesia. Salah satunya dengan hanya mengganti istilah meski dengan arti yang sama ternyata dapat mengurangi sensitifitas dan meredam ketegangan antar umat Indonesia yang beragam. 

Ternyata masalah itu mungkin hanya pilihan kata yang tepat dan teduh. Meskipun sebenarnya yang lebih ideal bukan mengganti kata kata yang super sensitif itu. Lebih bijaksana lagi sebenarnya bila mengendalikan diri dalam mengobral kata kata super sensitif itu. Tetapi akan lebih arif lagi bila berkemampuan meredam kebencian dan amarah diri sendiri dengan niat dan tujuan mulia demi meredam ketegangan antara anak bangsa. 

Karena, siapapun anak bangsa bisa benci dan marah. Karena kebencian dan kemarahan itu mudah. Tetapi benci dan marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi niat dan tujuan yang benar, atau dengan cara yang baik, sering salah dan tidak mudah.

Tahun politik ini para penjaga kekuasaan atau peraih kekuasaan dan para simpatisannya bukan hanya sensitif dan mudah marah, tetapi juga mudah panik dan takut. Takut kalah dan panik akan tergeser kedudukan jabatannya. Takut idola politiknya terjungkal kekuasaannya. Takut dan panik tidak akan mendapat perlindungan dari penguasa. Padahal takut dan panik adalah jalan menuju lorong kegelapan. 

Panik dan takut mendorong orang menjadi marah, marah membuat orang menjadi benci dan paranoid. Benci dan paranoid menggiring orang memasuki penderitaan hidup yang tidak bisa tenang dan damai. Takut dan panik membuat sensitif dan marah ketika ditanya siapakah politikus dan partai pembela agama Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun