Ternyata masalah itu mungkin hanya pilihan kata yang tepat dan teduh. Meskipun sebenarnya yang lebih ideal bukan mengganti kata kata yang super sensitif itu. Lebih bijaksana lagi sebenarnya bila mengendalikan diri dalam mengobral kata kata super sensitif itu. Tetapi akan lebih arif lagi bila berkemampuan meredam kebencian dan amarah diri sendiri dengan niat dan tujuan mulia demi meredam ketegangan antara anak bangsa.Â
Karena, siapapun anak bangsa bisa benci dan marah. Karena kebencian dan kemarahan itu mudah. Tetapi benci dan marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi niat dan tujuan yang benar, atau dengan cara yang baik, sering salah dan tidak mudah.
Tahun politik ini para penjaga kekuasaan atau peraih kekuasaan dan para simpatisannya bukan hanya sensitif dan mudah marah, tetapi juga mudah panik dan takut. Takut kalah dan panik akan tergeser kedudukan jabatannya. Takut idola politiknya terjungkal kekuasaannya. Takut dan panik tidak akan mendapat perlindungan dari penguasa. Padahal takut dan panik adalah jalan menuju lorong kegelapan.Â
Panik dan takut mendorong orang menjadi marah, marah membuat orang menjadi benci dan paranoid. Benci dan paranoid menggiring orang memasuki penderitaan hidup yang tidak bisa tenang dan damai. Takut dan panik membuat sensitif dan marah ketika ditanya siapakah politikus dan partai pembela agama Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H