Mohon tunggu...
Sandi Aprilian
Sandi Aprilian Mohon Tunggu... Wiraswasta - wirausaha

Astrophile

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kejadian Memalukan Karena Kacamata

21 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 21 Februari 2023   19:02 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata pencaharian saya adalah berwirausaha. Juni nanti insya allah jika memang rezekinya, saya akan kembali mulai bekerja sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah baru tingkat menengah atas. Senang sekali setelah 4 tahun lebih saya bisa kembali bekerja sebagai guru.

Guru adalah pekerjaan yang saya minati dari dulu, karena selain menjadi kesenangan tersendiri ketika memberikan ilmu. Alasan lainnya bisa bikin awet muda. Mengapa? Karena setiap harinya kita bertemu dengan siswa. Selain memberi pengajaran, bisa bersenda gurau bersama mereka.

Dari beberapa pengalaman lucu saat di sekolah, ada kejadian yang masih saya ingat sampai sekarang.

Suatu ketika pada jam istirahat, murid laki-laki sering bermain sepak bola sehingga membuat mereka bercucuran keringat di bagian dahi dan punggung. Seusai jam istirahat, saya ada jam mengajar di salah satu kelas yang mana beberapa muridnya ikut bermain sepak bola. Para murid pun tergesa-gesa berlarian karena melihat saya menuju kelas tersebut.

Di pintu kelas, saya menunggu mereka masuk terlebih dahulu, masing-masing dari mereka bersalaman dengan saya. Seperti biasa murid laki-laki menempelkan tangan saya di dahi mereka. Saya pun tidak keberatan meski setelahnya tangan saya menjadi basah oleh keringat mereka. Kemudian datang dua murid perempuan yang terbiasa menempelkan tangan di bagian hidung dan mulut sebagai gaya salaman mereka. "Ehmm asam" cetus murid perempuan yang tidak sengaja mencium kumpulan keringat di tangan saya.

Begitulah kisah singkat salah satu  pengalaman saya dengan murid yang menurut saya lucu. Kembali ke cerita.

Dengan kondisi mata yang minus tujuh, tidak mungkin jika saya pergi ke supermarket menggunakan kendaraan pribadi. Saya memutuskan naik angkutan umum dan duduk di bagian pojok dalam.

Di perjalanan saya merenungkan kacamata yang entah kemana perginya serta memikirkan apa yang akan saya tulis mengenai 'topik pilihan' tentang "Chat GPT" nanti. 

Saya tidak menyadari selama perjalanan penumpang di angkutan umum telah banyak dan posisi saya yang di pojok menjadi terhalang jika turun nanti.

Terpikir dalam hati jika keluar dari mobil nanti saya akan mengatakan "punten" (permisi) untuk menghormati penumpang lain yang kebanyakan ibu-ibu dan bapak-bapak. Skenarionya begini pertama mengatakan "kiri" untuk berhenti, kemudian "punten pak, bu" saat melewati mereka.

Lalu setelah mendekati supermarket saya berniat turun dan "punten..."  kata pertama yang terucap dibibir. Para penumpang  kebingungan melihat saya kenapa mengatakan "punten" yang seharusnya "kiri"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun