1. Pendahuluan
Bahkan sampai saat ini, di tengah derasnya arus informasi, yang memungkinkan penghimpunan data apapun yang memadai bagi uji materiil terhadap suatu kebenaran, serta melimpahnya iluminasi akan hal apapun, sebagai konsekuensi logis kian nisbinya batasan-batasan akibat globalisasi, masih saja banyak yang bertanya-tanya: apakah seni itu, bagaimana dan bilamana suatu karya-cipta dianggap bernilai/berbobot seni, dan apa sesungguhnya fungsi dan manfaat seni dan karya seni.
2. Kehidupan dan Makhluk
Kompleksitas perspektif dan pemaknaan menyebabkan hidup ini terselubungi awan misteri. Belum lagi beragamnya penanganan permasalahan, yang berdampak pada konkret hasil akhir.
Tidak heran, banyak orang menyebut kehidupan itu seni.
Hal tersebut tentu tidak lepas dari asumsi bahwa seni itu misterius, enigmatik dan menarik, virtual namun riil, ibarat mata air yang tak pernah kering.
Singkat kata, seni itu hidup. Jadi tidak terlalu gegabah dan cukup wajar bilamana kita menganggap seni sebagai suatu bentuk kehidupan.
Ada tiga bentuk/dimensi kehidupan yang sudah dikenal. Pertama adalah kehidupan dasar/primitif/vegetatif (tumbuhan); kedua, yang lebih tinggi, kehidupan generatif (binatang); dan ketiga, yang tertinggi, kehidupan bermoral (manusia).
Tingkatan itu ditentukan oleh karakteristik materi hidup yang disebut "makhluk" (makhluk = ciptaan yang hidup). Karakteristik tumbuh-tumbuhan --yang juga karakteristik umum setiap makhluk-- adalah Respirasi-Nutrisi-Sensorisasi-Adaptasi-Motorisasi-Regenerasi-Replikasi-Transformasi-Reproduksi. Pada hewan, kesembilan karakteristik itu ditambah satu, Mobilisasi. Dan untuk manusia, "9+1" itu ditambah empat lagi, yaitu Motivasi, Intuisi, Inovasi, dan Improvisasi.
Kualifikasi seni juga ditentukan oleh karakteristik "makhluk"nya, yaitu karya-karya seni. Tidak setiap hasil ciptaan/buatan manusia dapat dikategorikan sebagai karya seni. Hanya karya-karya yang "hidup"lah, atau --paling sedikit-- memenuhi sembilan "kriteria" tadi, yang layak dikatakan bernilai seni. Implikasinya, "seni" dapat menjadi seni hanya jika ia mempunyai "makhluk".
Tetapi, menariknya, dari segi lain, suatu karya dapat menjadi "makhluk" hanya jika ia berada dalam "dimensi"nya, yaitu seni.