Mohon tunggu...
samuel purba
samuel purba Mohon Tunggu... Administrasi - PNS, pemerhati sosial

Penikmat alam bebas dan bebek bakar; suka memperhatikan dan sekali-sekali nyeletuk masalah pendidikan, budaya, dan kemasyarakatan; tidak suka kekerasan dalam bentuk apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Perspektif Bahagia Menghadapi Masa Pensiun

19 Januari 2024   16:08 Diperbarui: 20 Januari 2024   02:55 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pensiun. (SHUTTERSTOCK/polymanu)

Kedua, dengan memiliki fokus yang seperti di atas, maka kita akan merasa siap jika diminta untuk memimpin sebuah kegiatan, proyek, atau bahkan menduduki jabatan tertentu. Semua itu bukan sebagai tujuan akhir, alih-alih sebagai jembatan untuk dapat semakin belajar, berkembang, dan berkontribusi dengan lebih maksimal. 

Tidak hanya itu, sebuah posisi juga adalah sebagai alat sekaligus kesempatan untuk bisa melayani dan membantu orang-orang lain untuk dapat belajar dan berkembang seperti kita. Proses ini akan terjadi berkelanjutan sampai masa kita pensiun, tidak masalah posisi atau jabatan apa yang kita duduki kelak.

Oleh karena itu pensiun tidak lagi didefisiniskan sebagai hilangnya prestige tertentu ketika masih aktif bekerja, tetapi justru sebagai sebuah keberlanjutan proses belajar, memimpin, dan melayani pada dimensi dan situasi yang berbeda. Senada dengan berbagai teori motivasi yang sering kita baca, sumber kebahagiaan itu adalah manaka sesorang bisa tetap diakui, diterima, bahkan bisa memberi makna di tengah-tengah lingkungan masyarakat dimana dia berada.

Dalam prakteknya, barangkali sejak awal kita telah membiasakan diri untuk hidup bermasyarakat dan bersosialisasi dengan lingkungan, organisasi/lembaga, atau komunitas yang tepat, yang bisa membantu kita menyalurkan perhatian, pengalaman dan pengetahuan, dan dapat saling bertukar pikiran. Hal itu bisa berupa organisasi profesi, keagamaan, sosial, budaya, paguyuban, dan lain sebagainya.

Atau jika ingin sedikit lebih 'progresif', kita dapat menyusun sebuah agenda atau project, bisa sendiri atau bersama beberapa teman untuk dijalankan sebelum atau setelah masa purna tugas. 

Saya pernah mendengar dari beberapa senior bahwa di antara mereka ada yang berniat untuk touring keliling Pulau Jawa dengan sepeda motor, membuka usaha kebun sawit atau bengkel mobil, menjalankan lembaga pendidikan, dan lain sebagainya. 

Ada pula yang ingin beralih profesi menjadi guru/dosen, pengurus lembaga agama, konsultan, dan lain sebagainya. 

Kalau saya sendiri berharap setelah pensiun masih bisa mengajar di sebuah kampus kecil di kampung halaman saya, aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, sambil bercocok tanam ala kadarnya di pekarangan rumah.

Apapun itu, masa pensiun yang cepat atau lambat pasti akan tiba. Mau seberapa panjang atau singkat pun yang Tuhan berikan pada kita, tentunya di sepanjang kesempatan itulah bisa kita tuliskan menjadi sebuah bab dari rangkaian bab pada buku kehidupan kita. 

Semoga bab itu menjadi bab yang terindah, sebelum kita menerima bab penutup. Dan untuk menerima suatu masa yang sedemikian indah tersebut, sudah sepatutnyalah kita menyambutnya dengan bahagia[!]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun