Mohon tunggu...
samuel purba
samuel purba Mohon Tunggu... Administrasi - PNS, pemerhati sosial

Penikmat alam bebas dan bebek bakar; suka memperhatikan dan sekali-sekali nyeletuk masalah pendidikan, budaya, dan kemasyarakatan; tidak suka kekerasan dalam bentuk apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Perspektif Bahagia Menghadapi Masa Pensiun

19 Januari 2024   16:08 Diperbarui: 20 Januari 2024   02:55 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pensiun. (SHUTTERSTOCK/polymanu)

Survei tersebut juga menunjukkan lebih dari tiga perempat responden masih mengandalkan simpanan dana tunai dan hampir separo mengandalkan warisan serta skema jaminan pensiun pemerintah. 

Tidak hanya itu, responden Indonesia memperkirakan memasuki masa pensiun pada usia 58 tahun dan mulai mengalami gangguan kesehatan pada usia 63 tahun.

***

Pemerintah Republik Indonesia memiliki kebijakan tentang masa kerja pegawai negeri (bervariasi bergantung jabatan) berikut dengan tunjangan/penghasilan yang akan diterima. Hal ini sebetulnya patut disyukuri, dimana seorang pensiunan pegawai negeri tetap mendapatkan perhatian dan fasilitas dari negara. 

Namun di Indonesia, usia pensiun sudah dianggap sebagai usia tidak produktif lagi. Berbeda dengan negara semisal Jepang, dimana pemerintah dan masyarakatnya memberikan porsi tertentu dimana para lansia sekalipun dapat tetap berproduksi bahkan berkarya

Seorang teman di Jepang pernah bercerita bahwa ada banyak lansia yang tetap bekerja sebagai petani, yang mana sektor pertanian sudah kurang diminati orang-orang yang lebih muda. 

Tidak hanya itu, di negara sakura tersebut para pensiunan tetap mendapat perhatian melalui komunitas-komunitas lansia. Di sana mereka tidak hanya mendapatkan relasi sosial yang baik, namun juga menjadikan kesempatan untuk tetap bisa berkontribusi kepada masyarakat. 

Sebuah artikel memberikan informasi menarik bahwa yang menjadi motivasi utama para lansia di Jepang adalah mereka ingin memberi makna bagi masyarakat dengan cara membantu orang lain, bukan gaji atau penghasilan semata.

Mereka merasa terlalu cepat untuk pensiun. Mereka merasa masih kuat dan sehat dan selalu siap untuk belajar sesuatu yang baru, membagian pengetahuan dan keterampilan kepada generasi muda, alih-alih bersantai-santai sebagaimana layaknya orang pensiun. 

"Life begin (again) at 70", begitu kira-kira gambaran tentang hal tersebut sebagaimana saya kutip dari sebuah media elektronik. 

Konon bahkan di Jepang masih banyak ditemukan lansia berusia lebih dari 100 tahun dengan kondisi yang masih sehat dan bahagia. Tetap bekerja meskipun sudah lanjut usia diyakini menjadi faktor positif untuk mempertahankan kesehatan fisik dan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun