Pada suatu waktu kau bertanya padaku
mengapa sang malam begitu sabarÂ
tetap diam dan tenang saatku mengumbar emosi
tetap sabar meski aku menangis sejadi-jadinya
Malam mengerti, kataku
kita sebetulnya hanya belum mampu
menata langkah di dalam gelap
Kau mengharapkan siang membuka rahasia
sementara cahaya hatimu lebih terang
Aku menunggumu bertanya lagi,
namun kau diam, menunggu daun-daun yang jatuh satu-satu
tertiup angin yang tersenyum menjauh
Kau duduk mendekat, aku tertegun seribu kata
apa yang sebetulnya ingin kau sampaikan
Hatiku sudah menghangat sedari tadi
jangan biarkan padam dengan diammu
Tekadku sudah bulat, katamu
Aku tertawa dengan seriusmu
Sebetulnya kita ini mau apa
Kau melirik ke arah kelam, aku menanti rambutmu berhenti dipermainkan angin malam
Aku biasa sendiri, dan kau pun demikian
Mungkin kesimpulan ini sangat rapuh
namun kau setuju dalam angguk kecil itu
masih ku ingat kau mengangguk dibungkus tangis..
Kini kau tidak lagi perlu menunggu
dan aku pun tak hendak mengganggu
Tenang kau melangkah dalam gelap,
membiarkan senyummu tertinggal di sini,
rumput malam bergoyang sendiri selagi sepi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H