Berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita cenderung membawa pemisahan di masyarakat yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal. Kasus-kasus seperti ujaran kebencian, penodaan agama, dan berbagai istilah lain kerap menjadi konsumsi publik yang seakan-akan tak habis-habisnya. Ditambah lagi dengan peristiwa bom di tiga gereja di Surabaya dan penyerangan terhadap institusi keamanan negara (polisi). Semuanya harus disikapi secara jernih.
Masyarakat disuguhi berbagai analisis dan pandangan yang dapat saja memojokkan kelompok bahkan agama tertentu. Dampaknya bisa kemana-mana bahkan bisa merusak berbagai sendi kehidupan bermasyarakat. Kebersamaan dan "kekitaan" yang selama puluhan bahkan ratusan tahun sudah terbangun bisa saja berubah menjadi "aku" dan "kalian" dengan  berbagai stigma yang memblokade persentuhan damai. Persentuhan-persentuhan damai itulah yang menurut saya dibutuhkan oleh  kita saat ini.
Oleh karenanya curhat teman saya di atas tadi menjadi sebuah langkah yang tidak hanya mengungkit kedamaian di masa lalu, tetapi juga membawa kedamaian di hatinya (dihati saya, dan semoga di hati teman-teman semua). Hal-hal "sederhana" seperti inilah yang begitu saya rindukan semakin hadir terutama di bulan baik yang penuh berkah ini. Semoga [!]. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H