Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Lebih Dekat dengan Terorisme: Peran Teknologi di Dalamnya

10 April 2016   18:47 Diperbarui: 4 April 2017   17:24 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber gambar: inpublicsafety.com"][/caption]"Kenali musuh Anda. Kenalilah diri Anda sendiri.
Dengan demikian Anda tidak perlu takut dengan hasil seratus pertempuran sekalipun." - Sun Tzu, Seni Berperang - 544 SM hingga 496 SM

Sampai saat ini terorisme masih menjadi momok di dunia internasional, termasuk juga di Indonesia. Serangan bom di ibukota Jakarta beberapa waktu lalu menjadi penanda bahwa gerakan terorisme belum usai bahkan menemukan gaya baru. Hal yang sama juga berlaku di berbagai negara dengan ibukotanya seperti Paris, Istanbul, dan yang terbaru di Brussel Belgia.

Artikel ini, sebagai bentuk pemaparan praktis dan singkat terhadap gerakan terorisme. Saya tujukan agar kita sebagai bagian dari publik bisa lebih  kenal dan paham akan pola serta strategi dari pelaku teror global. Kita akui atau tidak, pola itu sudah mulai diterapkan ke ranah lokal yaitu di Indonesia. 

Saya akan memaparkan bagaimana teknologi sangat berperan terhadap gerakan dan pola terorisme modern. Dengan begitu, kita bisa lebih waspada dan sigap  mengantisipasinya. Sebisa mungkin saya menggunakan bahasa umum yang mudah dipahami disini. Tapi jika ada istilah yang sulit anda pahami, tentu anda bisa googling sendiri bukan?

Oh ya, sekedar catatan kecil sebelum masuk ke pembahasan. Artikel ini saya tulis untuk menjawab pertanyaan dari teman diskusi saya yang mempersoalkan: “Apa dan bagaimana terorisme itu sebenarnya bergerak pada saat ini?”. Saya tercenung sebelum menjawab dan mengambil kesimpulan praktis bahwa mungkin masih banyak orang yang belum paham dengan gaya serta sepak terjang terorisme modern sekarang walau sudah hingar bingar di media. Mungkin karena tidak kenal itulah maka banyak yang skeptis dan menuding bahwa penanganan terorisme belum cukup baik.

Sekedar informasi, saya dan beberapa teman suka membahas mengenai topik terkini diseputar bidang teknologi. Kebetulan beberapa saat lalu ada pembahasan mengenai tudingan salah tangkap terhadap Siyono dan berita seputarnya cukup membuat banyak pertanyaan (baca artikelnya di sini). Terlepas dari kasus tersebut, kami membahas mengenai peran teknologi didalam gerakan teroris.

Menurut saya, agar publik bisa lebih paham dan mendukung sepenuhnya, maka tidak ada salahnya jika diberi pemaparan. Tentu tidak harus dalam bahasa yang rumit bin aneh. Juga tidak harus ikut dalam program negara berdasarkan kurikulum Menhan sebelumnya. Menurut hemat saya: Harus dibuka akses informasi yang cukup. Itulah yang sebenarnya perlu diberikan kepada publik untuk menunjang pemahaman bersama agar gerakan bela negara lebih impementatif dan bukan terkesan seremonial formal ( baca pro kontranya di sini).

Kalau dulu terorisme bergerak meluas melalui jalur pemberitaan media resmi, kini dengan teknologi dan internet sudah jauh berbeda. Kecepatan penyebaran dan pola serangan lebih masif serta dampaknya lebih meluas. Serangan terorisme siber adalah ranah baru tanpa batas saat ini dan berkaitan langsung dengan para teroris tunggal (dikenal dengan istilah lone wolf) yang memiliki pola unik dibanding teroris biasa. Trend ini yang juga sedang populer sekarang.

Panggung & Koreografi

Teroris modern saat ini memandang dunia global sebagai panggung besar yang sangat bagus sebagai tempat pertunjukan untuk aksi mereka. Dengan teknologi saat ini sangat mudah menjangkau liputan dan akses media internasional. Selain mencari korban, aksi terorisme saat ini lebih mengedepankan aksi pertunjukannya untuk diperlihatkan kepada publik dibanding mengarah kepada jumlah korban yang diincar.

Dengan perkataan lain, aksi itu diatur sedemikian rupa (dikoreografi) selayaknya panggung sandiwara dengan beberapa dampak kerusakan dan korban nyawa sebagai pendukung aksinya dan bukan sebagai tujuan utama saja. Jadi bila anda melihat sebuah aksi terorisme, jangan terhanyut. Coba pikirkan dengan logis apa tujuan dan dampak dari aksi tersebut. Tema politik, agama dan berbagai ideologi anarkis lainnya hanya menjadi media perantara saja. Bahkan bisa dianalogikan sebagai kosmetik dan bukan wajah asli dari teroris. Kebanyakan orang memang sering terpaku ke hal tersebut. Sehingga sulit membedakan mana yang benar gerakan perjuangan dan mana yang bertujuan teror.

Kekejian, kenekatan serta aksi kekejaman yang dipertontonkan memiliki tujuan khusus. Diharapkan agar memicu emosi dan psikologi massa serta menularkan rasa takut yang meluas. Sayangnya pola itu kurang berdampak meluas di kasus bom Jakarta tapi terbukti masih cukup ampuh di kota negara lain. Namun apakah kita jadi lengah dan menganggap enteng serangan teroris selanjutnya di masa depan? Bukan itu maksud kita sebagai warga negara Indonesia. Secara logis, teroris akan mencari jalan lagi untuk membuat panggung dan koreografi yang berbeda di masa mendatang. Mereka akan terus belajar dan mengubah gaya aksinya.

Panggung Pilihan: Internet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun