Mohon tunggu...
samuel alberto
samuel alberto Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA HUKUM UPNVJ

Penyuka Film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengertian, Bentuk, Dampak dan Penyelesaian Nusyuz dalam Hukum Islam

16 Mei 2024   12:51 Diperbarui: 16 Mei 2024   12:53 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nusyuz dalam konteks hukum Islam merujuk pada perilaku istri yang tidak patuh terhadap suaminya. Ini mencakup ketidakpatuhan terhadap perintah suami, kurangnya penghormatan, atau ketidaksetiaan dalam menjalankan kewajiban suami-istri. Selain itu, nusyuz juga dapat mencakup perlakuan yang merendahkan martabat suami atau melanggar hak-haknya, seperti penolakan memberikan nafkah atau tidak menjaga rumah tangga dengan baik.

Dampak dari nusyuz dapat merusak hubungan rumah tangga, menyebabkan ketegangan, dan bahkan memicu perceraian. Penyelesaian nusyuz memerlukan komunikasi terbuka antara suami dan istri, kompromi, dan penghormatan terhadap hak dan kewajiban masing-masing. Islam menekankan pentingnya penyelesaian konflik dengan bijaksana dan adil, dengan tujuan memelihara harmoni dan kedamaian dalam hubungan suami-istri sesuai dengan ajaran agama.

Dalam hukum Islam, terdapat dua macam nusyuz yang umum dikenal, yaitu:

1. Nusyuz dari Pihak Istri:

Ini mengacu pada ketidakpatuhan atau ketidaktaatan seorang istri terhadap suaminya. Bentuk-bentuk nusyuz dari pihak istri dapat meliputi:

  • Tidak mematuhi perintah sah suami dalam hal-hal yang diwajibkan oleh agama atau kebiasaan.
  • Tidak menghormati suami atau tidak memperlakukannya dengan baik.
  • Menolak atau tidak memenuhi kewajiban suami dalam rumah tangga, seperti dalam hal hubungan intim atau mengurus rumah tangga.

2. Nusyuz dari Pihak Suami:

Meskipun kurang umum, namun dalam konteks yang lebih luas, konsep nusyuz juga dapat diterapkan pada perilaku suami yang tidak adil atau melanggar hak-hak istri. Contoh-contoh nusyuz dari pihak suami meliputi:

  • Memperlakukan istri secara tidak adil atau tidak menghormatinya.
  • Tidak memenuhi kewajiban suami dalam memberikan nafkah atau memenuhi kebutuhan keluarga.
  • Mengabaikan tanggung jawab dalam memelihara dan menjaga kebahagiaan istri dan keluarga.

Dalam kedua kasus ini, Islam menegaskan pentingnya keseimbangan, saling pengertian, dan penghormatan dalam hubungan suami-istri. Tujuan dari konsep nusyuz ini adalah untuk memelihara keharmonisan dan kedamaian dalam rumah tangga sesuai dengan ajaran agama Islam.

Bentuk-bentuk Nusyuz:

Ketidakpatuhan: Istilah ini mencakup berbagai tindakan yang dianggap tidak taat terhadap suami, seperti menolak untuk mematuhi perintahnya yang sah atau memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Kehormatan: Nusyuz juga bisa merujuk pada pelanggaran terhadap kehormatan suami, misalnya, dengan berbicara kasar atau mengejeknya di depan orang lain.

Pelanggaran hak-hak suami: Ini bisa termasuk menolak melakukan kewajiban suami dalam hubungan intim atau dalam pengelolaan rumah tangga.

Dampak Nusyuz:

Gangguan dalam rumah tangga: Nusyuz dapat menyebabkan ketegangan dan konflik dalam hubungan suami-istri.

Memburuknya hubungan: Tidak adanya ketaatan dan rasa hormat dari istri kepada suami dapat merusak hubungan rumah tangga.

Potensi pembubaran pernikahan: Jika nusyuz terus-menerus dan tidak dapat diatasi, hal itu bisa menjadi dasar untuk pembubaran pernikahan menurut hukum Islam.

Penyelesaian nusyuz 

dalam Islam dilakukan secara bertahap, dengan mengedepankan pendekatan kasih sayang dan musyawarah. Berikut adalah langkah-langkahnya:

1. Nasihat ()

Langkah pertama adalah dengan memberikan nasihat yang baik kepada istri dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. Suami perlu menjelaskan apa yang menjadi kesalahannya dan bagaimana ia seharusnya bersikap sesuai syariat Islam.

2. Pisah Ranjang ()

Jika nasihat tidak berhasil, suami dapat melakukan pisah ranjang dengan istrinya. Pisah ranjang ini bukan berarti suami boleh meninggalkan rumah, tetapi hanya memisahkan tempat tidur mereka. Tujuannya adalah untuk memberikan waktu bagi istri untuk introspeksi diri dan kembali kepada kewajibannya.

3. Pemukulan Edukatif ( )

Langkah terakhir adalah dengan memukul istri dengan cara yang edukatif, tidak menyakiti, dan tidak meninggalkan bekas. Pemukulan ini bukan dimaksudkan untuk menghukum, tetapi untuk menyadarkan istri dan membuatnya kembali kepada kewajibannya.

Penting untuk diingat bahwa:

  • Pemukulan hanya boleh dilakukan sebagai langkah terakhir dan setelah dua langkah sebelumnya tidak berhasil.
  • Suami tidak boleh memukul istri dengan keras atau dengan cara yang dapat melukainya.
  • Tujuan utama dari penyelesaian nusyuz adalah untuk memperbaiki hubungan suami istri dan bukan untuk menghukum istri.

Dasar hukum nusyuz dalam Islam ditemukan dalam Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa rujukan utama:

1. Al-Qur'an:

Surah An-Nisa (4:34): 

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Ayat ini memberikan arahan tentang bagaimana menangani situasi nusyuz dalam rumah tangga. Dalam ayat tersebut, Allah SWT memberikan wewenang kepada suami untuk memberikan nasihat kepada istri yang tidak taat, kemudian meninggalkannya di tempat tidur, dan sebagai langkah terakhir, memukulnya (tanpa menyakiti) sebagai tindakan terakhir dalam upaya menyelesaikan masalah. Namun, tindakan ini harus dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan hanya dalam keadaan yang benar-benar terpaksa.

2. Hadis Nabi Muhammad SAW:

Dalam hadis-hadisnya, Nabi Muhammad memberikan pedoman tentang bagaimana menangani konflik dalam rumah tangga dan menyelesaikan masalah nusyuz dengan penuh hikmah dan keadilan. Beliau menekankan pentingnya komunikasi, toleransi, dan penghargaan antara suami dan istri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun