Mohon tunggu...
SAMSUTO
SAMSUTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Menulis menjadikan diri kita hidup "abadi", menulis membuat ide terus berkembang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Viona

20 Agustus 2022   00:27 Diperbarui: 20 Agustus 2022   00:26 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TENTANG VIONA

Oleh: SAMSUTO

Laki-laki itu menggenggam pasir yang masih basah oleh hujan semalam. Wajahnya yang tampak tegar tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.

"Viona kau telah pergi, anak-anakmu masih terlalu kecil. Bukan aku tidak ikhlas, tapi hatiku masih tak bisa di bohongi untuk berkata berat". Bisiknya pelan.

Laki-laki mulai berumur itu tampak menarik nafas dalam. Terbayang kembali di matanya perjalanan hidup anak semata wayangnya ini.

Sikapnya yang tegas dan terkondisi sama budaya yang biasa berjalan di kampungnya. Nyaris tak bisa membuatnya punya pilihan. Semuanya harus berjalan pada kehendak keadaan. Kalau tidak, maka dia akan malu dengan semua keluarga besarnya.

Baginya, cinta adalah sebuah perjalanan yang mengalir begitu saja. Tak perlu ini dan itu. Itulah awalnya pemaksaan dia pada Viona untuk di jodohkan.

"Tidak Bapak! Aku sudah punya pilihan sendiri. Tak mungkin aku menerima perjodohan ini". Jawab Viona terbata-bata dalam tangis

"Tapi Nak! Ini adalah lamaran yang ketiga. Pantang bagi kamu dan kami menolak. Kalau tidak maka akan susah kamu mendapat jodoh. Pokoknya kamu harus terima!" Tukas Bapaknya yang mulai meradang

"Viona, apa kata tetangga sekitar kalau kamu begitu terus, kalau memang serius calonmu itu. Kenapa dia tidak melamar?" Tambah ibunya

Viona bangun dari duduknya dan lari kekamarnya. Tangisnya pecah.

********

"Viona dari pagi ga kelihatan ya?" Tanya ibunya heran "Tidak biasanya seperti ini."

Bapaknya terdiam rasa marah masih memdera dalam hatinya. Dia tak ingin malu. Lelaki yang melamar adalah lelaki baik. Dan ini sudah yang ketiga kalinya. Kalau sampai ditolak, maka akan sulit nanti untuk dapat jodoh. Banyak bukti di tetangganya yang sudah demikian.

"Bapakkkkkk Viona tidak ada...!!" Seru ibunya dari dalam kamar

Bapaknya datang tergopoh-gopoh. Rasa kaget bercampur marah tampak terbesit dari wajahnya.

"Kenapa?"

"Dia kabur, ada surat di kamarnya!"

Untuk Bapak dan Ibu

Maaf Viona pergi. Jangan dicari!

Desa kecil itu geger. Karena dalam sejarahnya, belum pernah ada yang kabur dari desa. Semua orang sibuk. Mulai dari Kades dan orang pinter datang dan didatangkan. Tapi semua sia-sia.

Telekomunikasi yang masih terbatas. Membuat semuanya sangat sulit untuk cepat komunikasi. Semua saling mencari dan menunggu.

********

Sudah dua hari tidak ada kabar. Viona seperti lenyap di telan bumi. Tak ada yang menemukan jejaknya. Sampai datang seseorang dari kecamatan sebelah yang melihat pernah ada perempuan berjalan sendiri sambil menangis.

Rombonganpun mulai bergerak. Dengan bantuan beberapa aparat keamanan dan disiarkan melalui Musholla dan Masjid. Hari itu juga Viona ketemu disalah satu rumah warga.

"Kemaren saya lihat di jalan sambil menangis, tidak tega saya tegur dia. Dan kemudian saya ajak kerumah" jelas Linda " tapi sampai saat ini dia tidak mau menjelaskan masalahnya apa. 

Vionapun diajak pulang.

********

"Viona harus cepat dinikahkan. Biar tidak lari lagi. Biar segera sah dan segera di ajak merantau ke Jakarta." Desak keluarga yang hadir.

"Kita tetapkan saja hari pernikahannya. Semua sudah siap. Calonnya juga baik. Sudah punya usaha. Dan tak ada alasan untuk menolak. Masalah Viona dengan sendirinya nanti akan suka". Sahut Bapaknya

Tak ada pilihan bagi Viona. Semua acara perkawinannya sudah matang direncanakan. Mulai dari persiapan dapur hingga undanganpun sudah di gelar. Tinggal menunggu waktu.

Viona yang ceria lebih banyak diam. Mungkin saja dia pasrah atau sudah setuju. Tak ada yang tahu. Karena semenjak pulang dari pelarian dia lebih banyak di kamar.

Akad nikah berjalan lancar. Semua berkumpul dan bahagia. Banyak makanan tersaji. Bacaan Sholawat berkumandan mengiri hari bahagia itu. Entah dengan Viona. Dia masih lebih banyak diam. Dan tersenyum seperlunya.

*******

Belasan tahun berlalu. Seperti umumnya perjodohan di kampung. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Semua rukun saja. Beberapa anak sudah lahir dari Viona.

Usaha suaminya pun berkembang. Rutinitas pulang kampung menjadi hal biasa. Cerita dulu senyap. Entah tersimpan dalam gulungan waktu. Atau bersembunyi di balik mendung yang terus merenda. Yang terlihat Viona bahagia dengan anak-anaknya.

Keakraban dan perhormatan dengan keluargapun lebih terjalin. Tak ada masalah dan tak ada kisah luka.

Viona sekarang sedang hamil anaknya yang kesekian. Dan sekarang banyak perubahan dari raut mukanya. Dari kabar angin terdengar suaminya selingkuh dengan orang terdekat Viona.

Viona sering menangis. Hanya kebeberapa tetangga di dekat rumahnya dia bisa cerita. Tak ada keluarganya yang tahu sampai suatu saat tiba.

Kelahiran anaknya yang sekarang lebih sulit. Bidan yang menanganinya kewalahan. Entah apa yang terjadi. Tensi darahnya tidak stabil. Dan anaknya lahir dengan selamat. Namun Viona tidak tertolong.

Semua berkabung. Debu-debu hari itupun luruh. Baktinya pada cinta ternyata berakhir.

********

"Kek sudah sore, Nanang lapar!" Rujuk anak kecil menyadarkan lamunan lelaki itu.

Tarikan nafas berat terhembus dari mulutnya.

"Viona ini anakmu sudah mulai besar. Dan kudengar deritamu setelah kamu tiada. Maafin Bapak!" Airmatanya kembali luruh.

Jakarta 270714

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun