*******
Belasan tahun berlalu. Seperti umumnya perjodohan di kampung. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Semua rukun saja. Beberapa anak sudah lahir dari Viona.
Usaha suaminya pun berkembang. Rutinitas pulang kampung menjadi hal biasa. Cerita dulu senyap. Entah tersimpan dalam gulungan waktu. Atau bersembunyi di balik mendung yang terus merenda. Yang terlihat Viona bahagia dengan anak-anaknya.
Keakraban dan perhormatan dengan keluargapun lebih terjalin. Tak ada masalah dan tak ada kisah luka.
Viona sekarang sedang hamil anaknya yang kesekian. Dan sekarang banyak perubahan dari raut mukanya. Dari kabar angin terdengar suaminya selingkuh dengan orang terdekat Viona.
Viona sering menangis. Hanya kebeberapa tetangga di dekat rumahnya dia bisa cerita. Tak ada keluarganya yang tahu sampai suatu saat tiba.
Kelahiran anaknya yang sekarang lebih sulit. Bidan yang menanganinya kewalahan. Entah apa yang terjadi. Tensi darahnya tidak stabil. Dan anaknya lahir dengan selamat. Namun Viona tidak tertolong.
Semua berkabung. Debu-debu hari itupun luruh. Baktinya pada cinta ternyata berakhir.
********
"Kek sudah sore, Nanang lapar!" Rujuk anak kecil menyadarkan lamunan lelaki itu.
Tarikan nafas berat terhembus dari mulutnya.