Industri pertambangan selama ini biasanya identik dengan ilmu-ilmu eksakta seperti misalnya ilmu geologi, ilmu tentang tanah, dan ilmu tentang jenis-jenis mineral yang terkandung di perut bumi. Tetapi tahukah kalian bahwa sebuah industri pertambangan juga membutuhkan tenaga-tenaga lulusan ilmu sosial dalam rangka mendukung operasional mereka? Tulisan ini akan mencoba membagikan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai konsultan di bidang sosial bekerja di proyek pertambangan.Â
Awal mula keterlibatan
Sampai tulisan ini dibuat, paling tidak saya sudah memiliki pengalaman terlibat dalam tiga kegiatan yang bersentuhan dengan proyek pertambangan dalam kapasitas sebagai tenaga riset di bidang sosial. Pengalaman pertama di sebuah lokasi tambang batubara di Kalimantan. Dua lainnya di site tambang di wilayah timur Indonesia.Â
Awal mula keterlebitan saya tidak terlepas dari ajakan seorang senior yang sudah terlebih dahulu bekerja dalam riset-riset tambang. Sama seperti saya, senior saya tersebut bekerja secara lepas atau freelance untuk beberapa konsultan yang memerlukan seorang peneliti di bidang sosial. Beliau juga sekaligus merupakan senior saya di jurusan Antropologi sewaktu kami kuliah di Depok awal tahun 2000-an.
Pada medio 2018, senior saya tersebut berencana melakukan sebuah riset sosial untuk sebuah perusahaan tambang Batubara yang berlokasi di Kalimantan. Beliau kemudian menghubungi saya untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan karakteristik sosial-ekonomi-budaya desa-desa di lokasi tersebut. Secara kebetulan, pada tahun 2015 saya memang pernah mengerjakan riset sosial di sebuah desa tidak jauh dari lokasi proyek yang akan didatangi senior saya tersebut. Waktu itu kegiatan saya di sana dibiayai oleh sebuah organisasi lingkungan.
Setelah cukup lama tidak saling kontak, pada awal tahun 2023 senior saya tersebut kembali menghubungi saya. Kali ini meminta saya untuk secara langsung membantu kegiatan studi dampak sosial yang akan dilakukan di desa-desa sekitar areal operasional tambang Batubara di lokasi yang masih sama. Perusahaan tambang batu bara itu mulai beroperasi di tahun 2019. Mereka berencana melakukan Stakeholder Engagement bertepatan dengan lima tahun operasional di tahun 2023. Â Â Â
Pada saat itulah saya berkesempatan mengunjungi hampir 20 desa di sekitar lokasi tambang, bertemu secara langsung dengan stakeholder yang ada di sana untuk mendengarkan persepsi, dampak positif maupun negatif yang mereka rasakan akibat hadirnya tambang, serta harapan-harapan mereka ke depannya seperti apa. Pengalaman pertama tersebut memberi sebuah kesan bagi saya, bersentuhan dengan masyarakat di sekitar site tambang memiliki tantangan yang lumayan besar. Tantangan ini nanti akan saya bahas sebagai bagian dari tulisan.
Pengalaman kedua dan ketiga, saya berkesempatan mengerjakan Studi Sosial Dasar atau Social Baseline Study dan melakukan Studi Kelayakan Lingkungan dan Sosial atau Environmental and Social Due Diligence/ESDD. Keduanya berlokasi di site tambang yang berbeda yang berlokasi di wilayah Indonesia timur.
Ketiga pengalaman di atas memberi gambaran bagi saya tentang aspek apa saja yang didalami dalam sebuah riset sosial di lokasi site tambang. Selain itu juga saya mendapat gambaran tentang tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi saat melakukan sebuah riset pada masyarakat di sekitar lokasi proyek pertambangan. Â Â Â Â Â Â
Dalam tulisan kali ini, saya mencoba untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman-pengalaman tersebut, yakni mengenai dinamika riset bertemakan sosial di site pertambangan berdasarkan tiga pengalaman yang sudah saya ceritakan di atas. Saya juga akan berbagi apa saja tantangan yang dihadapi, serta strategi dan pendekatan yang bisa dilakukan saat menjalankan riset sosial pada masyarakat di sekitar lokasi atau site pertambangan.