"Kesetiaan kepada citra khayali [simulacrum]" tulis Badiou, "meniru sebuah proses kebenaran yang aktual," namun memutarbalikkan aspirasi universal tentang "peristiwa kebenaran" yang sejati. Ia hanya mengakui sekumpulan orang tertentu (misalnya orang-orang nonkomunis) sebagai peserta dalam kebenaran suatu peristiwa dan menciptakan "perang dan pembantaian" sebagai upaya membasmi siapa pun yang berada di luar kumpulan yang telah diakui tersebut.
Namun barangkali kita akan bertanya, apa pentingya mengulik kembali masa lampau? Bagi saya menjernihkan pemahaman kita pada sejarah bangsa sangatlah penting.Â
Paulo Freire sebagaimana yang disitir oleh Hariyono dalam makalahnya yang berjudul "Kontroversi Sejarah Indonesia Distorsi Komunikasi yang Sistemik, Â bahawa ketika Sebuah Dialektika Tanpa Sintesa akan melahirkan historical anesthesia, masyarakat telah terbius dan tidak akan merasa ikut bertanggung jawab pada proses sejarah bangsanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI