Mohon tunggu...
Samsul Bakri
Samsul Bakri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belajar menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ekonomi Undip

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjernihkan Propaganda Orde Baru: Buku Teks, Monumen dan Film tentang PKI

28 September 2022   23:30 Diperbarui: 28 September 2022   23:34 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyajian kompetensi dasar pada dua kurikulum tersebut perlu dicermati. Memang tampaknya sepele, namun pemberian tambahan istilah PKI pada G30S memberikan perspektif tertentu bahwa G30S adalah sama dengan PKI. Minimal memberi klaim bahwa PKI adalah dalang sekaligus pelaku tunggal dari gerakan tersebut.

Cara pandang saya terhadap PKI sebagai segala bentuk negatif yang menyertainya sedikit demi sedikit terurai pasca saya memasuki dunia perkuliahan. 

Saya mulai mengenal beragam buku yang tidak lagi menempatkan PKI sebagai objek tunggal yang patut dipersalahkan atas tragedi kemanusian 30 September 1965.

Ada beberapa buku yang sudah saya baca yang kemudian akan saya coba pakai untuk menjernikan pandangan sejarah kita sayang sudah dikaburkan oleh rezim orde baru. Yang pertama saya akan mengurai beberapa kebohongan yang termuat dalam film Penghiatan PKI. 

Adegan yang memampilkan sosok-sosok peremuan telanjang dalam pembuangan mayat ke dalam lubang buaya adalah kepalsuan sebagai perang urat saraf. 

Sebab Jika merujuk pada buku Tempo yang diterbitkan KPG berjudul AIDIT Dua Wajah Dipa Nusantara; lalu buku John Roosa yang berjudul Dalih Pembunuhan Masal; dan Buku Letkol Untung dan Cakrabirawa, tidak ada satupun dalam buku tersebut menceritakan sosok penari telanjang dalam G 30 S.

Lalu tentang penyiksaan dengan cara menyayat dan mengiris-iris tubuh jendral menggunakan silet terhadap pada jenderal dalam film Penghiatan PKI juga  meragukan kebenarannya. 

Visum et repertum dokter yang memeriksa jenazah para jenderal setelah dikeluarkan dari sumur tua tidak menyebutkan adanya penyiksaan keji.  PKI digambarkan menikmati kekerasan, dengan film ini sangat menampilkan adegan "perempuan yang mencungkil mata dan tubuh yang membusuk dan disiksa". 

Para jenderal diculik, dan dalam beberapa kasus tewas dibunuh di depan keluarga mereka; kemudian jenderal yang ditangkap disiksa saat komunis menari di sekitar api unggun.

Sosiolog Adrian Vickers berpendapat bahwa kekerasan film ini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa "musuh-musuh negara ada di luar alam manusia", mirip dengan monster dalam sebuah film horor. 

Anggota gerakan perempuan sayap kiri Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) disajikan film ini sebagai bagian dari Partai Komunis yang "gila", menari telanjang dan memotong penis jenderal yang diculik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun