Untuk Ir. Joko Widodo -- Presiden RI ke 7Â
170821
Dalam kesederhanaan yang mengharukan, Proklamasi itu akhirnya dilaksanakan, Jumat 17 Agustus 1945, tepat jam 10.17 pada Bulan Ramadhan. Dengan kewaspadaan tingkat tinggi pula, tidak sampai 50 orang yang hadir di Pegangsaan Timur 56 itu, dan meskipun atas desakan para pemuda, tidak mengurangi rasa hikmat bahwa mereka telah merdeka.
Ini bukanlah sebuah universum simbolis baru, sebagaimana tampak pada diri Paku Bowono ataupun Hamengku Buwonono. Tetapi seorang raja berpeci telah hadir diantara kita, dan beberapa raja lokal sebenarnya tidak ikhlas dengan persatuan. Minimal, mereka masih butuh waktu karena penjajahan Belanda memang berlangsung sangat lama dan telah pula menjadi kebiasaan lama.
==========
"...Hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya".Â
Perpindahan kekuasaan yang mana? Seberapa singkat?
Pada museum proklamasi hal itu tidak di jelaskan. Namun dari Laksamana Maeda kita mendapat informasi bahwa hal itu memang cuma gagasan. Prakteknya diserahkan pada siasat politik yang dinamis. Tetapi menurut saya perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang pada Maret 1942 telah menjadi rujukan. Peralihan itu dipermukaan tampak begitu cepat, meskipun sebenarnya tidak demikian. Setahun sebelum penyerahan diri di Kalijati, Subang, beberapa dokumen menyampaikan bahwa dinas rahasia militer Jepang telah mengintai sejak 1941, ketika Hindia Belanda berpropaganda negeri makmur ini tidak terjamah oleh siapapun.Â
Itulah sebabnya Soekarno tidak diundang menghadiri KMB yang diatur sepenuhnya oleh Juliana. Yang disebut terakhir ini sangat membenci Soekarno, warisan dari ibunya Wilhelmina, karena dianggap provokator Republik muda. "Apa yang Anda harapkan dari diri Soekarno, seorang laki-laki yang belum genap berusia 50, tidak berpengalaman apapun selain mengacau?", kira-kira begitulah pikiran Wilhelmina, yang saya baca dari sebuah biografi tentangnya. Â
Dan sebuah mitos telah terpecahkan. Jika dua hari setelah Perang Asia Pacifik berakhir Soekarno-Hatta juga menetapkan batas-batas teritorial yang (mungkin terlalu) luas, maka batas-batas itu harus mendapat apresiasi setinggi-tingginya, meskipun sebagai solidarity maker, Soekarno-Hatta sebenarnya hanya sekali menyampaikan pikirannya tentang cara membentuk persatuan yang diidamkan.
==========