Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pinasa Versus Jabi-jabi

1 Februari 2019   19:53 Diperbarui: 1 Februari 2019   20:09 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang-orang tua dahulu, dengan kearifan lokalnya, sering menggunakan pohon pinasa dan jabi-jabi sebagai perumpamaan dan perlambang. 

Pinasa di tanam di sekeling desa orang yang hidup. Buah pinasa besar besar. Satu buah, tidak mungkin habis dikonsumsi satu orang. Harus berbagi. Kalau disimpan terlalu lama bisa membusuk. 

Jabi-jabi ditanam di desa orang mati, di luar perkampungan (pekuburan/ parbandaan/ tabbak). Menghasilkan buah untuk sumber rezeki bagi burung burung. Tidak perlu harus berbagi. Masing-masing burung mencari makannya. 

Tidak demikian dengan manusia hidup. Perlu bertolong tolongan dan saling berbagi. Itu makanya pohon nangka (pinasa), yang ditanam di kampung orang hidup, tetapi jabi-jabi tempatnya adalah di kampung orang mati. 

Esensinya, orang yang hidup, bertetangga, bersaudara hendaknya saling berbagi. Bertolong tolongan. Hidup ini adalah kesempatan, jangan sia siakan. Berbuat baiklah kepada sesama. Otherwise, tidak ada bedanya kita dengan orang mati.

 Jakarta, menyongsong imlek Pebruari 2019

 Ps. Poda na tur ini, saya dapatkan dari Alm. Oppung Oppu Batara Guru Doli Samosir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun