Sayang, posisi ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Sikap oposannya akan terus bisa mengkatrol kepercayaan publik ternyata tak berjalan sesuai skenario.Â
Anies lebih sering show offorce dan menyandarkan diri pada kekuatan kelompok agama yang sama-sama menempatkan diri sebagai oposisi. Hingga, saat kelompok agama ini terpuruk dan menuai cibiran publik, Anies pun hanyut di dalamnya.Â
Contoh terbaru, Anies terpaksa menerima batunya. Mau tidak mau, dia terpaksa menjalani pemeriksaan Polda Metro Jaya akibat dianggap abai terhadap protokol kesehatan.Â
Saya rasa bukan abai, tetapi turut memfasilitasi kerumunan massa yang diakibatkan Habib Rizieq Shihab, saat menggelar pesta pernikahan dan peringatan Maulid Nabi. Faktanya, Anies sendiri hadir dalam acara kawinan Syarifah Najwa Shihab---Putri Sang habib.Â
Akibatnya, ketika Habib Rizieq dan pendukungnya memantik cemooh publik, Anies pun kena getahnya.Â
Kalau saja Anies tidak grusa grusu mengkatrol elektabilitas diri dan sedikit sabar untuk menunggu dan mencermati momentum pas, sepertinya tidak akan terjebak oleh tindakan Habib Rizieq dan kelompoknya.Â
Nasi sudah menjadi bubur, Anies pun telah masuk perangkap. Dia tengah dihadapkan pada kiamat kecil pada karir politiknya.
Namun, tentunya waktu menuju Pilpres 2024 masih cukup panjang. Masih ada kesempatan untuk dirinya menata ulang dan belajar dari pengalaman.Â
Dibanding Anies, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sebenarnya lebih mengkhawatirkan. Beda dengan Anies yang sejak awal menempatkan diri di garis kiri (oposan). Kang Emil---sapaan akrab Ridwan Kamil masih tidak jelas.Â
Saya kira, Kang Emil akan coba mengisi pos garis tengah dan menancapkan kekuatan politiknya di sana. Namun, dia malah coba berdiri di dua kaki.Â
Kaki kiri diisi kubu Anies dan basis pendukungnya. Dan, kaki kanan diisi Ganjar Pranowo, Prabowo, Puan Maharani dan kolega-koleganya yang tergabung dalam koalisi pemerintah. Khususnya yang berada dalam dukungan Presiden Jokowi.Â