Lebih jauh, Rocky menuturkan soal kesalahan-kesalahan Mahfud MD dalam menghadapi pihak oposisi.Â
"Kesalahan Mahfud MD adalah mau membekukan simpol perlawanan, simbol oposisi, simbol kritik," tukasnya.Â
Ia mengatakan sudah terlambat bagi Istana jika akan melakukan perubahan menghadapi oposisi karena tak lama lagi dua tokoh oposisi yakni Habib Rizieq dan Gatot Nurmantyo akan bertemu.Â
Apa yang diungkapkan Rocky Gerung boleh jadi hanya penilaian subjektipitas dirinya terhadap Mahfud MD. Soalnya, setiap dia mengkritisi mantan Ketua MK tersebut, opininya selalu digiring agar cabut dari jajaran kabinet dan kembali jadi oposisi.
Hipotesa sederhananya, Rocky Gerung sebenarnya sangat membutuhkan keberadaan Mahfud MD di pihaknya. Baik secara kelembagaan bersama Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) atau perseorangan.Â
Yang pasti, Rocky menilai segala pengetahuan dan kapasitas Mahfud harusnya berada di luar ring pemerintah.Â
Kombinasi HRS-GatotÂ
Dalam kesempatan ini saya tertarik dengan pernyataan Rocky Gerung soal akan adanya dua kekuatan oposisi yang segera bertemu. HRS dengan mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo.Â
Bila dicermati, pernyataan Rocky Gerung seolah ingin mengatakan bahwa saat ini telah ada dua kekuatan oposisi besar yang tak bisa dianggap remeh oleh pemerintah.Â
Kita memang tidak bisa tutup mata, HRS dan Gatot saat ini merupakan dua kutub oposisi yang memiliki kekuatan cukup dahsyat. HRS dengan kelompok islamnya yang berjumlah hingga jutaan orang. Sedangkan Gatot merupakan Presidium KAMI yang beranggotakan orang-orang intelektual.Â
Jika dua kutub oposisi ini bersatu, tak bisa dipungkiri akan menjadi hambatan besar. Atau, setidaknya mampu merongrong setiap kebijakan-kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah. Betapa tidak, HRS punya massa dan Gatot memiki orang-orang pemikir dan kritis.Â